Jumaat, 29 Oktober 2010

>> Untuk yang Bergelar Suami maupun Calon Suami

Salam Sayang ukhti fillah dari akk Liza اختي



Ia adalah bagian dari tulang rusukmu
Ia adalah belahan jiwamu
Ia adalah tawanan di tanganmu
Padanya sumber ketenangan, cinta kasih dan ketentraman
Karena demikanlah Allah menciptakannya untukmu..

Ia adalah pakaian bagimu
Tapi ang terutama dan utama..
Ia adalah amanah yang Allah berikan untukmu...



Bagaimanakah engkau memperlakukan amanah itu,..??? Terlalu banyak wasiat tersebar untuk para istri,..!! Seakan islam adalah agama yang hanya mengutamakan para suami dan kaum lelaki.



Padahal tidaklah demikian.., Islam membela kaum wanita memuliakan dan mengangkat derajat mereka. Wanita adalah orang yang disucikan, ibu para ulama, ibu para panglima, dan ibu para pembesar. Bukankah ia adalah ibu Umar, ibu Anas, ibu Umar bin Abdil Aziz, ibu Imam Ahmad, ibu Imam Syafi’i, ibu Shalahudin, ibu Ibnu Taymiyah, ibu Ibnul Qayyim dan yang lainnya,..???


Untuk para suami risalah ini kutulis sebagai penyejuk hati bagi kaum wanita dan para istri.


Wahai hamba Allah yang Bertakwa..
Berbahagialah dan bersyukur pada-Nya atas nikmat istri yang Allah karuniakan kepadamu.. Dengannya terjagalah jiwa dan tubuhmu dari melakukan hal-hal yang diharamkan-Nya..
Ketika habis masa bulan madumu,… tiba-tiba kini engkau tidak lagi memiliki waktu. Waktu untuk bergurau dan bercengkrama dengan istri tercinta. Bila sang istri meminta, kaupun berkilah betapa lelah dan penatnya hari-harimu disibukkan dengan pekerjaanmu. Rumah hanya menjadi hotel untukmu.. datang dan pergi sesuka hatimu. Ketika kepalamu menyentuh bantal engkau mendengkur laksana tiada orang lain di sisimu.

Wahai para suami Rasulullah telah bersabda: “ Sesungguhnya istrimu memiliki hak atasmu ” (dikeluarkan oleh Muslim 3652, Ahmad 26917, Abu Dawud 2285).

Istri adalah wanita lemah lembut yang menginginkan kasih sayang, cinta kasih, keramahan dan kebajikan. Karena itu hendaklah suami senantiasa bertakwa kepada Allah dalam menghadapi istri dengan memberikan kasih sayang, kelembutan, kesetiaan dalam menjaganya, memberinya nafkah sesuai dengan kemampuan suami, pakaian dan janji setia. Sebagaimana yang dikumandangkan oleh beliau pada haji Akbar (dalam hadits yang sangat panjang) yaitu ketika mengumumkan hak-hak wanita dan hak seluruh manusia, beliau bersabda: Allah, Allah, pada wanita karena mereka itu adalah tawanan disisi kalian.

" Dan saling berpesanlah agar berlaku baik terhadap wanita " (hadits riwayat Tirmidzi, hasan shahih) adalah Aisyah ketika ditanya tentang perilaku Rasulullah yang paling membekas dan berkesan dikalbunya sepeninggal beliau maka ia hanya mampu meneteskan airmata seraya berkata, " Semua sikap dan perilakunya mengesankan bagiku " ( kaana kullu amrihi ‘ajabani). Bagaimana tidak Rasulullah seakan selalu punya waktu untuknya. Rasulullah pernah mengajaknya berlomba lari, beliau Shalallahu alaihi wassalam pernah kalah dan pada kesempatan yang lain beliau memenangkannya sehingga beliau tertawa seraya berkata, “ Ini adalah pembalasanku dari kekalahanku yang dulu ”. Adakah hal ini dicontoh oleh para suami,..??? Tidaklah harus di lapangan atau dijalan raya cukuplah ketika tidak ada orang lain dirumah kita bisa melakukannya.

Justru yang sering kita dengar dan membuat hati ini miris dan berduka, istri yang lari ketakutan karena dikejar-kejar suaminya yang sedang marah, yang dimana jika kita bertanya bagaimana keadaan rumah tangganya tiba-tiba airmata yang keluar, tampak kesedihan dan kebencian diwajahnya.

Yang hadir adalah rasa takut, jengkel, duka dan lara bila mendengar suaminya di sebut. Sebab yang tergambar dalam benaknya adalah masa-masa yang penuh penderitaan, penganiayaan, dan duka nestapa yang dijalaninya bersama suaminya. Tidakkah para suami membaca hadits ini,..??? Dari Abu Hurairah, “ Rasulullah bersabda, Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik diantara kalianialah yang paling baik terhadap istrinya ”  (HR.Tirmidzi, Ibnu Hibban, hadits hasan shahih). Dalam suatu lafazh dari hadits Aisyah di sebutkan, “ Yang paling lemah lembut diantara mereka terhadap keluarganya ” (HR. Tirmidzi dan Hakim). Dalam riwayat lain, juga dari Aisyah disebutkan, “ Yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik di antara kalian kepada keluargaku ” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Sahihnya).


Kepada Allah kita memohon pertolongan..

Istri bagi mereka disamakan dengan telepon genggam dan mobil. Mereka tidak berusaha mengurus rumah tangga dengan baik. Kecenderungan mereka adalah bersenang-senang dengan para wanita serta mencari kenikmatan dari setiap wanita, sehingga hal itu menjadikan mereka sering melakukan thalak dan nikah. Padahal Rasulullah telah bersabda, " Aku tidak menyukai laki-lakiyang senang mencicipi wanita dan wanita yang senang mencicipi laki-laki " (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Semoga Allah memberi mereka hidayah dan menunjuki mereka kejalan yang lurus, amin...


Hal lain yang sering dilakukan para suami adalah seringnya mereka memukuli para istri ketika mereka sedang emosi atau marah. Mereka beralasan dengan memukul istri maka istri mereka akan takut kepada suami, suami menjadi berwibawa. Padahal bila mereka mau sedikit melirik kepada Rasulullah, beliau adalah manusia yang paling berwibawa akan tetapi tidak pernah ditemukan beliau memukul istri-istrinya tangan beliau hanya digunakan untuk memukul musuh-musuh Allah.


Wahai para suami,…. setiap rumah tangga tentu mempunyai problema karena memang demikianlah sebagai ujian dan cobaan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Sebagai seorang suami dan kepala rumah tangga dituntut untuk pandai dan cermat menyiasati apa yang terjadi diantara hubungan mereka berdua. Kelapangan hati untuk meredam emosi akan membawa pada kebaikan dan keindahan. Kehalusan sikap akan mencairkan hati yang beku dan melunakkan gunung yang keras. Lihatlah bagaimana Rasulullah dalam menghadapi kemarahan Aisyah, beliau justru tersenyum menghadapi hal itu dengan penuh kesabaran dan keagungan.

Atau engkau bisa melihat kepada Umar bin khattab amirul mukminin ketika sahabat datang ingin mengadukan perihal istrinya justru ia mendapati suara istri Umar lebih tinggi dan nyaring dibandingkan dengan suara Umar. Karena Umar adalah seorang yang bijak, maka ia berkata, “ Kehidupan itu harus ditempuh dengan cara yang ma’ruf. Ia adalah istriku.Ia membuatkan untukku roti, mencucikan pakaianku dan melayaniku. Jika aku tidak berlemah lembut padanya maka kami tidak akan hidup bersama ”. Tidakkah engkau menyimak perkataan Umar,..??? Semoga Allah meridhainya beliau adalah seorang Amir al-Faruq yang tegas dan berwibawa yang ditakuti musuh-musuhnya bahkan iblispun takut berpapasan dengannya.

Lihatlah bagaimana ia lemah lembut dan mengalah terhadap kemarahan istrinya. Atau sejenak engkau berkaca pada Ali, dalam hadits shahih, rasulullah datang kerumah Fatimah putrinya untuk menanyakan padanya tentang Ali radhiyallahu anhu. Lalu Fatimah radhiyallahu anha menjawab, “ Aku telah marah padanya sehingga ia keluar ” .(HR. Bukhari no.436 dan Muslim no.6182). Ali memilih keluar daripada bersitegang dan bertengkar dengan istrinya.

Duhai para suami tercinta,…engkau berharap istri-istrimu mencintaimu dengan sepenuh hati. Engkau meminta mereka untuk setia dan taat kepadamu. Engkau meminta mereka agar bakti dan kasihnya tercurah padamu. Engkau mendambakan agar mereka merindukanmu ketika jauh darimu. Tapi engkau lupa menyematkan cinta kasih dihati istri-istrimu..

Cukuplah ayat dibawah ini sebagai penutup dan renungan bagi para suami yang mendambakan kebahagiaan dalam rumah tangga mereka di dunia dan akhirat. “ dan pergaulilah mereka dengan cara yang patut kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak ” (QS. An-Nisaa : 19)



Wallahu a’lam

Bidadari Syurga Dunia

“  Keistimewaan yang Allah berikan kepada wanita terlalu banyaknya ”

Kasihnya Allah kepada wanita.. ”



Itulah kata-kata yang paling mudah digunakan untuk menggambarkan ‘ layanan ’  istimewa terhadap wanita dalam Islam. Sesungguhnya, tidak akan ada mana-mana ajaran, ideologi, isme atau agama lain yang dapat melayan wanita dengan sebegitu baik sepertimana Islam melayan wanitanya. Malah, kalau bergabung pun kesemua wanita yang cerdik pandai, berharta dan berkuasa di seluruh dunia ini untuk menambah hak dan pengiktirafan buat mereka, mereka pasti tidak akan mencapai taraf kemuliaan serta layanan baik yang Allah Subhanahu wata’ala tawarkan buat seorang wanita di dalam Islam.

Namun, ramai wanita yang tidak memahami hal ini. Lantaran itu kebanyakan mereka tertipu oleh nafsu sendiri dan merasa terkongkong dengan amalan atau larangan tertentu yang digunakan ke atas wanita Islam seperti amalan menutup aurat, larangan bergaul bebas, poligami, larangan wanita menjadi pemimpin dan lain-lain lagi. Mereka cukup takut dan gerun dengan kesemua amalan atau larangan yang dianggap sangat menindas wanita. padahal kalau dikaji setiap satu amalan atau larangan itu, mudah sahaja untuk melihat hikmah dan kebaikannya kepada kaum wanita itu sendiri.

Lalu kita melihat apa yang diperjuangkan oleh pejuang-pejuang hak wanita ialah mereka kalau boleh tidak mahu sembarang sekatan dikenakan ke atas mereka. Tentulah ini tidak muhasabah. Sedangkan manusia sendiri banyak membuat peraturan-peraturan serta larangan itu dan ini, atas alasan hendak menjaga keselamatan diri atau masyarakat awam. Contohnya, dalam soal lalu-lintas, terlalu banyak peraturan dan larangan yang manusia buat seperti jangan memandu melebihi had laju, tidak boleh letak kereta di garisan kuning, mesti berhenti apabila ada isyarat lampu merah, mesti hidupkan lampu selepas pukul 7 malam dan berbagai-bagai lagi. Kalau dalam bidang sekecil ini pun perlu banyak peraturan dan larangan, sudah tentulah dalam bidang kehidupan lebih memerlukan lagi, dan lebih-lebih lagilah kalau skopnya itu jauh lebih luas iaitu untuk keselamatan dunia dan Akhirat.

Allah sebenarnya sangat kasih dan memuliakan kaum wanita. Segala suruhan dan larangan yang Allah kenakan ke atas kaum wanita tidak lain dan tidak bukan ialah untuk memastikan keselamatan dirinya dan masyarakat dan sekali-kali bukan untuk menyusahkan mereka. Tetapi, atas hujah dan alasan apa dakwaan ini dibuat,..??? Mari kita lihat satu persatu pengiktirafan yang diberikan oleh Allah kepada wanita, sama ada setara langsung atau pun tidak.



1. Gelaran bagi `isteri’ di dalam Al Quran

Perkataan yang Allah gunakan di dalam Al Quran untuk menunjukkan suami atau isteri adalah perkataan yang sama, sedangkan dalam bahasa- bahasa lain, perkataan untuk suami dan perkataan untuk isteri menggunakan dua perkataan yang berbeda. Misalnya, dalam bahasa Inggris, perkataan untuk suami ialah `husband ’  manakala perkataan untuk isteri ialah `wife’ . Sementara dalam bahasa Perancis pula, perkataan untuk suami ialah `  mari’  manakala perkataan `femme’  untuk isteri.

Tetapi di dalam Al Quran, suami dan isteri tidak disebut dua perkataan yang berbeda ` zaujuh ’ dan ` zaujati ’ . Hanya satu perkataan yang digunakan untuk kedua-duanya iaitu ` zaujuh ’  yang bermakna ` pasangan ’ . Islam melihat suami dan isteri adalah pasangan, penutup dan juga pelindung buat yang lain. Mereka dilihat sebagai sepasang, bukan berasingan. Sudah tentulah ini bermakna yang kaum lelaki di dalam Islam tidak dianggap lebih mulia daripada kaum wanitanya. Apabila kita mengatakan sepasang kaca mata, sepasang stokin atau sepasang baju, tentulah kita menganggap mereka setara dan tidak dapat dipisahkan di antara satu sama lain. Dan sudah tentulah kita tidak menganggap yang stokin kanan lebih hebat daripada stokin kiri atau kaca mata kanan lebih baik daripada kaca mata kiri. Begitulah tamsilannya sepasang suami isteri di dalam Islam seperti yang tercatat di dalam Al Quran.

Namun, gelaran zaujuh ini hanya diberikan kepada isteri yang sama beriman. Bagi isteri yang tidak beriman, mereka tidak disebut zaujuh. Contohnya, isteri Nabi Lut dan isteri Nabi Nuh. Di dalam Al Quran, mereka disebut ‘ imraah ’, kerana isteri sebegini tidak dianggap pelengkap, pelindung atau penutup kepada suaminya.


2. Pembelaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam Terhadap Wanita

Rasulullah ada banyak menyatakan Hadis-Hadis yang menunjukkan betapa wanita itu dimuliakan di dalam Islam,

  1. “ Syurga di bawah telapak kaki ibu. ” Apakah wanita tidak rasa mulia dengan Hadis ini,..??? Mengapa Rasulullah memilih perkataan “ di bawah telapak kaki ”  dan bukan “ di dalam tangan ”  atau “di sisi” seorang ibu,..??? Sudah tentu ini sangat menggambarkan mulianya seorang wanita di dalam Islam. Seorang yang faham tentu akan sangat memandang mulia, menghormati, membela serta berlumba-lumba untuk berkhidmat dan meng’hamba’kan diri kepada ibunya (dengan syarat segala yang dibuat itu tidak melanggar syariat). Tidakkah beruntung menjadi seorang ibu di dalam Islam? Dia tidak akan terbiar dan dipinggirkan, malah akan sentiasa dibela, dihormati dan dimuliakan oleh anak-anaknya.
  2. “ Orang yang paling baik dari antara kamu itu ialah yang paling baik kepada isi rumahnya, dan aku ini orang yang paling baik dari antara kamu kepada isi rumahku. ”
  3. “ Tidak akan memuliakan perempuan-perempuan melainkan orang yang mulia, dan tidak menghina akan perempuan-perempuan melainkan orang yang hina. ” (Hadis riwayat Ibnu `Asakir)
  4. “ Bergaullah kamu dengan isteri-isteri kamu dengan cara yang sopan. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) kerana mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. ”
  5. “ Janganlah seorang mukmin lelaki membenci kepada seorang (isterinya yang) mukminah, kerana walaupun ada satu perangainya yang lelaki itu tidak suka, tetapi (tentu) ada lain perangainya yang is suka. ” (Hadis riwayat Ahmad dan Muslim)

Demikianlah hak-hak istimewa seorang wanita yang diberi oleh Islam. Dalam satu masyarakat yang bertaqwa, kaum wanita tidak perlu bimbang yang mereka akan diperleceh, dipermain atau diperkotak-katikkan oleh kaum lelaki, sebaliknya mereka boleh yakin bahawa pihak lelaki akan sentiasa melindungi, menasihati, menegur dan membimbing mereka dengan ikhlas.


3. Bagian Tubuh Wanita Dianugerahkan Nama yang Mulia

Dalam tubuh wanita, ada satu bahagian yang diberi nama yang begitu mulia yaitu rahim. Perkataan ini diambil dari nama Allah " Ar-Rahim " yang bermaksud `Maha Penyayang ’. Sudah tentulah Allah tidak akan memberikan nama yang semulia ini kepada sesuatu yang hina di sisi-Nya. Sudah tentu Allah akan memilih sesuatu yang mulia juga untuk dianugerahkan nama yang begitu mulia. Allah tidak berikan nama yang semulia ini kepada bagian tubuh lelaki tetapi Dia memberikannya kepada bahagian tubuh wanita. Rahim inilah yang merupakan penghubung kepada makhluk. Di dalam rahimlah, wanita menjaga ciptaan Allah dan memberi makan kepada apa yang Allah ciptakan.

Kaum wanita sepatutnya merasa sangat malu kepada Allah kerana memberi penghargaan yang begitu tinggi kepada mereka. Siapa boleh nafikan kepentingan rahim untuk kewujudan manusia,..??? Anugerah rahim kepada wanita sebenarnya sudah cukup untuk membuktikan akan mulianya wanita di sisi Allah.



4.  Diberi Pahala yang Berterusan

Wanita disebut `kurang dari sudut agama’, tetapi ini bukan bermaksud yang wanita itu kurang dari sudut iman dan taqwanya. Mereka cuma kurang bersolat ketika datang haid dan nifas. Namun, oleh kerana di waktu-waktu lain mereka sentiasa bersolat, maka sepanjang waktu haid dan nifas itu, Allah tetap memberikan juga pahala solat sekiranya mereka dapat bersabar dengan keadaannya yang tidak selesa itu.

Bayangkan seorang wanita yang baru melahirkan anak. Sudahlah digugurkan dosa-dosanya seperti seorang bayi yang baru lahir, diberikan pula pahala solat percuma sepanjang dia dalam keadaan nifas. Dan kalau dia sabar menyusu, memelihara dan melayan kerenah anaknya pula, makin banyaknya pahala yang Allah sediakan untuknya.

Aduh! Maha Pemurahnya Allah kepada wanita. Maha Baiknya Allah kepada golongan yang sering dianggap lemah dan terpinggir ini..! Kalaulah wanita-wanita pejuang hak asasi itu tahu beginilah ganjaran - ganjaran yang Allah berikan kepada seorang wanita mukminah, pastilah mereka akan meninggalkan perjuangan mereka. Tidak ada apa-apa lagi hak yang perlu diperjuangkan oleh seorang wanita mukminah. Yang Allah tawarkan itu pun sudah terlampau banyaknya.



===


Bidadari Syurga dunia...
Ada senyum yang terukir indah dimuka
Ada bias rona merah di wajah
Memantulkan warna hati si jiwa Syurga..

Bidadari Syurga Dunia..
Wajah yang senantiasa putih dan menawan
Berhiaskan air wudhu yang terpancar
Menambah pesona hiasan mata..

Bidadari Syurga Dunia...
Yang senyumnya selalu merekah
Yang parasnya mempesona
Yang hatinya selembut sutra..

Bidadari Syurga Dunia..
Jadi dambaan setiap wanita
Impian diri wanita sholehah
Qonitat dan berhati bunga..

Bidadari Syurga di hati Luka...
Yang pucatkan muka si durjana
Yang tepiskan angan dunia
Yang hatinya bagaikan kaca..

Bidadari Syurga di hati Dunia...
Yang siangnya bagaikan singa di rimba
Yang malamnya bagai sufi perindu
Syurga Zuhud selendang pengikatnya..

Bidadari Syurga Dunia...
Dimana pun berada kau tetap setia
Pada Allah, Rasul dan juga Dien-Nya
Kemana lagi kan kucari..

Bidadari Syurga Dunia...
Di arusnya dunia merana
Sentuhanmu bangkitkan rasa
Hingga syahid ku jumpa di pintu Syurga..


Rabu, 27 Oktober 2010

Pramugari Koma di tanah suci... MESTI BACA!!




Untuk renungan bersama......
 
Selama hampir sembilan tahun menetap di Mekah dan membantu ayah saya menguruskan jemaah haji dan umrah, saya telah melalui perbagai pengalaman menarik dan pelik. Bagaimanapun, dalam banyak-banyak peristiwa itu ada satu kejadian yang pasti tidak akan saya lupakan sampai kapanpun.

Ada seorang wanita yang berusia di pertengahan 30-an. Kejadian itu berlaku pada pertengahan 1980-an semasa saya menguruskan satu rombongan haji. Ketika itu umur saya 20 tahun dan masih menuntut di Universiti Al-Azhar, Kaherah. Kebetulan ketika itu saya kembali ke Mekah sebentar untuk menghabiskan liburan semester.

Saya menetap di Mekah mulai 1981 setelah menamatkan pengajian di Sekolah Agama Gunung Semanggol, Perak. Keluarga saya memang semuanya di Mekah, cuma saya seorang diri  yang tinggal dengan nenek saya di Perak. Walaupun masih muda, saya ditugaskan oleh bapa saya, Haji Nasron untuk menguruskan jemaah haji dan umrah memandangkan saya adalah anak sulung dalam keluarga..

Kembali ke cerita tadi, ketibaan wanita tersebut dan rombongan haji di Lapangan Terbang Jeddah kami sambut dengan sebuah bas. Semuanya nampak riang sebab itulah kali pertama mereka mengerjakan haji.

Sebaik sampai, saya membawa mereka menaiki bas dan dari situ, kami menuju ke Madinah. Alhamdulillah, segalan ya berjalan lancar hinggalah kami sampai di Madinah. Tiba di Madinah, semua orang turun dari bas berkenaan. Turunlah mereka seorang demi seorang sehingga tiba kepada giliran wanita terbabit.

Tapi tanpa apa-apa sebab, sebaik sahaja kakinya mencecahkan bumi Madinah, tiba-tiba wanita itu tumbang tidak sedarkan diri. Sebagai orang yang dipertanggungjawabkan mengurus jemaah itu, saya pun bergegas menuju ke arah wanita berkenaan. "Kakak ni sakit," kata saya pada jemaah-jemaah yang lain. Suasana yang tadinya tenang serta merta bertukar menjadi cemas. Semua jemaah nampak panik dengan apa yang sedang berlaku.

"Badan dia panas dan menggigil. Kakak ni tak sedarkan diri, cepat tolong saya... kita bawa dia kehospital," kata saya. Tanpa membuang masa, kami mengangkat wanita tersebut dan membawanya ke hospital Madinah yang terletak tidak jauh dari situ. Sementara itu, jemaah yang lain dihantar ke tempat penginapan masing-masing.

Sampai di hospital Madinah, wanita itu masih belum sedarkan diri. Berbagai-bagai usaha dilakukan oleh doktor untuk memulihkannya, namun semuanya gagal. Sehinggalah ke petang, wanita itu masih lagi koma. Sementara itu, tugas mengendalikan jemaah perlu saya teruskan. Saya terpaksa meninggalkan wanita tersebut terlantar di hospital berkenaan. Namun dalam kesibukan menguruskan jemaah, saya menghubungi hospital Madinah untuk mengetahui perkembangan wanita tersebut.

Bagaimanapun, saya diberitahu dia masih tidak sedarkan diri. Selepas dua hari, wanita itu masih juga tidak sedarkan diri. Saya makin cemas, maklumlah, itu adalah pengalaman pertama saya berhadapan dengan situasi seperti itu. Memandangkan usaha untuk memulihkannya semuanya gagal, maka wanita itu dihantar ke Hospital Abdul Aziz Jeddah untuk mendapatkan rawatan lanjut sebab pada masa itu hospital di Jeddah lebih lengkap kemudahannya berbanding hospital madinah. Namun usaha untuk memulihkannya masih tidak berhasil.

Jadual haji mesti diteruskan. Kami bertolak pula ke Mekah untuk mengerjakan ibadat haji. Selesai haji, sekali lagi saya pergi ke Jeddah. Malangnya, bila sampai di Hospital King Abdul Aziz, saya diberitahu oleh doktor bahawa wanita tersebut masih koma. Bagaimanapun, kata doktor, keadaannya stabil. Melihat keadaannya itu, saya ambil keputusan untuk menunggunya di hospital.

Selepas dua hari menunggu, akhirnya wanita itu membuka matanya. Dari sudut matanya yang terbuka sedikit itu, dia memandang ke arah saya. Tapi sebaik saja terpandang wajah saya, wanita tersebut terus memeluk saya dengan erat sambil menangis teresak- esak. Sudah tentu saya terkejut sebab saya ni bukan muhrimnya. Tambahan pula kenapa saja dia tiba-tiba menangis,..???

Saya bertanya kepada wanita tersebut, "Kenapa kakak menangis?" "Mazlan... kakak taubat dahLan. Kakak menyesal, kakak takkan buat lagi benda-benda yang tak baik. Kakak bertaubat, betul-betul taubat."

"Kenapa pulak ni kak tiba-tiba saja nak bertaubat,..???" tanya saya masih terpinga-pinga. 


Wanita itu terus menangis teresak-esak tanpa menjawab pertanyaan saya itu. Seketika kemudian dia bersuara, menceritakan kepada saya mengapa dia berkelakuan demikian, cerita yang bagi saya perlu diambil iktibar oleh kita semua.


Katanya, "Mazlan, kakak ini sudah berumah tangga, kawin dengan lelaki orang putih. Tapi kakak silap. Kakak ini cuma Islam pada nama dan keturunan saja. Ibadat satu apa pun kakak tak buat. Kakak tak sembahyang, tak puasa, semua amalan ibadat kakak dan suami kakak tak buat.

Rumah kakak penuh dengan botol arak. Suami kakak tu kakak sepak terajang, kakak pukul-pukul saja," katanya tersedu-sedan.

"Habis yang kakak pergi haji ini?"

"Yalah...kakak tengok orang lain pergi haji, kakak pun teringin juga nak pergi."

"Jadi apa sebab yang kakak menangis sampai macam ni sekali. Ada sesuatu ke yang kakak alami semasa sakit?" tanya saya lagi.

Dengan suara tersekat-sekat, wanita itu menceritakan, "Mazlan...Allah itu Maha Besar, Maha Agung, Maha Kaya. Semasa koma tu, kakak telah diazab dengan seksaan yang benar-benar pedih atas segala kesilapan yang telah kakak buat selama ini.

"Betul ke kak?" tanya saya, terkejut.

"Betul Mazlan. Semasa koma itu kakak telah ditunjukkan oleh Allah tentang balasan yang Allah beri kepada kakak. Balasan azab Lan, bukan balasan syurga. Kakak rasa seperti diazab di neraka. Kakak ni seumur hidup tak pernah pakai tudung. Sebagai balasan, rambut kakak ditarik dengan bara api. Sakitnya tak boleh nak kakak ceritakan macam mana pedihnya. Menjerit-jerit kakak minta ampun minta maaf kepada Allah."

"Bukan itu saja, buah dada kakak pula diikat dan disepit dengan penyepit yang dibuat daripada bara api, kemudian ditarik ke sana-sini... putus, jatuh ke dalam api neraka. Buah dada kakak rentung terbakar, panasnya bukan main. Kakak menjerit, menangis kesakitan.. Kakak masukkan tangan ke dalam api itu dan kakak ambil buah dada tu balik." tanpa mempedulikan pesakit lain dan jururawat memerhatikannya wanita itu terus bercerita.

Menurutnya lagi, setiap hari dia diseksa, tanpa henti, 24 jam sehari. Dia tidak diberi peluang langsung untuk berehat atau dilepaskan daripada hukuman sepanjang masa koma itu dilaluinya dengan azab yang amat pedih.

Dengan suara tersekat-sekat, dengan air mata yang makin banyak bercucuran, wanita itu meneruskan ceritanya, "Hari-hari kakak diseksa. Bila rambut kakak ditarik dengan bara api, sakitnya terasa seperti nak tercabut kulit kepala.. Panasnya pula menyebabkan otak kakak terasaseperti menggelegak. Azab itu cukup pedih...pedih yang amat sangat...tak boleh nak diceritakan. "sambil bercerita, wanita itu terus meraung, menangis teresak-esak. Nyata dia betul-betul menyesal dengan kesilapannya dahulu.

Saya pula terpegun, kaget dan menggigil mendengar ceritanya. Begitu sekali balasan Allah kepada umatnya yang ingkar. "Mazlan...kakak ni nama saja Islam, tapi kakak minum arak, kakak main judi dan segala macam dosa besar.

Kerana kakak suka makan dan minum apa yang diharamkan Allah, semasa tidak sedarkan diri itu kakak telah diberi makan buah-buahan yang berduri tajam. Tak ada isi pada buah itu melainkan duri-duri saja. tapi kakak perlu makan buah-buah itu sebab kakak betul-betul lapar. "Bila ditelan saja buah-buah itu, duri-durinya menikam kerongkong kakak dan bila sampai ke perut, ia menikam pula perut kakak. Sedangkan jari yang tercucuk jarum pun terasa sakitnya, inikan pula duri-duri besar menyucuk kerongkong dan perut kita. Habis saja buah-buah itu kakak makan, kakak diberi pula makan bara-bara api. Bila kakak masukkan saja bara api itu ke dalam mulut, seluruh badan kakak rasa seperti terbakar hangus. Panasnya cuma Allah saja yang tahu. Api yang ada di dunia ini tidak akan sama dengan kepanasannya. Selepas habis bara api, kakak minta minuman, tapi...kakak dihidangkan puladengan minuman yang dibuat dari nanah. Baunya cukup busuk. Tapi kakak terpaksa minum sebab kakak sangat dahaga.Semua terpaksa kakak lalui...azabnya tak pernah rasa, tak pernah kakak alami sepanjang kakak hidup di dunia ini."

Saya terus mendengar cerita wanita itu dengan tekun.. Terasa sungguh kebesaran Allah. "Masa diazab itu, kakak merayu mohon kepada Allah supaya berilah kakak nyawa sekali lagi, berilah kakak peluang untuk hidup sekali lagi. Tak berhenti-henti kakak memohon. Kakak kata kakakakan buktikan bahawa kakak tak akan ulangi lagi kesilapan dahulu. Kakak berjanji tak akan ingkar perintah allah akan jadi umat yang soleh. Kakak berjanji kalau kakak dihidupkan semula, kakak akan tampung segala kekurangan dan kesilapan kakak dahulu, kakak akan mengaji,akan sembahyang, akan puasa yang selama ini kakak tinggalkan.. "

Saya termenung mendengar cerita wanita itu. Benarlah, Allah itu Maha Agung dan Maha Berkuasa.. Kita manusia ini tak akan terlepas daripada balasannya. Kalau baik amalan kita maka baiklah balasan yang akan kita terima, kalau buruk am alan kita, maka azablah kita di akhirat kelak. Alhamdulillah, wanita itu telah menyaksikan sendiri kebenaran Allah..

"Ini bukan mimpi Mazlan. Kalau mimpi azabnya takkan sampai pedih macam tu sekali. Kakak bertaubat Mazlan, kakak tak akan ulangi lagi kesilapan kakak dahulu. Kakak bertaubat... kakak taubat nasuha," katanya sambil menangis-nangis.

Sejak itu wanita berkenaan benar-benar berubah. Bila saya membawanya ke Mekah, dia menjadi jemaah yang paling warak. Amal ibadahnya tak henti-henti. Contohnya, kalau wanita itu pergi ke masjid pada waktu maghrib, dia cuma akan balik ke biliknya semula selepas sembahyang subuh.

"Kakak...yang kakak sembahyang teruk-teruk ni kenapa. Kakak kena jaga juga kesihatan diri kakak. Lepas sembahyang Isyak tu kakak baliklah, makan nasi ke, berehat ke..." tegur saya.

"Tak apalah Mazlan. Kakak ada bawa buah kurma. Bolehlah kakak makan semasa kakak lapar." menurut wanita itu, sepanjang berada di dalam Masjidil Haram, dia mengqadakan semula sembahyang yang ditinggalkannya dahulu.

Selain itu dia berdoa, mohon kepada Allah supaya mengampunkan dosanya. Saya kasihan melihatkan keadaan wanita itu, takut kerana ibadah dan tekanan perasaan yang keterlaluan dia akan jatuh sakit pula. Jadi saya menasihatkan supaya tidak beribadat keterlaluan hingga mengabaikan kesihatannya.

"Tak boleh Mazlan.. Kakak takut...kakak dah merasai pedihnya azab Allah. Mazlan tak rasa, Mazlan tak tau. Kalau Mazlan dah merasai azab itu, Mazlan juga akan jadi macam kakak. Kakak betul- betul bertaubat."

Wanita itu juga berpesan kepada saya, katanya, "Mazlan, kalau ada perempuan Islam yang tak pakai tudung, Mazlan ingatkanlah pada mereka, pakailah tudung. Cukuplah kakak seorang saja yang merasai seksaan itu, kakak tak mau wanita lain pula jadi macam kakak. Semasa diazab, kakak tengok undang-undang yang Allah beri ialah setiap sehelai rambut wanita Islam yang sengaja diperlihatkan kepada orang lelaki yang bukan muhrimnya, maka dia diberikan satu dosa. Kalau 10 orang lelaki bukan muhrim tengok sehelai rambut kakak ini, bermakna kakak mendapat 10 dosa."

"Tapi Mazlan, rambut kakak ini banyak jumlahnya, beribu-ribu. Kalau seorang tengok rambut kakak, ini bermakna beribu-ribu dosa yang kakak dapat. Kalau 10 orang tengok, macam mana,..??? Kalau 100 orang tengok,..??? Itu sehari, kalau hari-hari kita tak pakai tudung macam kakak ni,..??? Allah..."

"Kakak berazam , balik saja dari haji ini, kakak akan minta tolong dari ustaz supaya ajar suami akak sembahyang, puasa, mengaji, buat ibadat. Kakak nak ajak suami pergi haji. Seperti mana kakak, suami kakak tu Islam pada nama saja. Tapi itu semua kesilapan kakak. Kakak sudah bawa dia masuk Islam, tapi kakak tak bimbing dia. Bukan itu saja, kakak pula yang jadi seperti orang bukan Islam."

Sejak balik dari haji itu, saya tak dengar lagi apa-apa cerita tentang wanita tersebut. Bagaimanapun, saya percaya dia sudah menjadi wanita yang benar-benar solehah. Adakah dia berbohong kepada saya tentang ceritanya diazab semasa koma,..??? Tidak. Saya percaya dia bercakap benar. Jika dia berbohong, kenapa dia berubah dan bertaubat nasuha,..???

Satu lagi, cubalah bandingkan azab yang diterimanya itu dengan azab yang digambarkan oleh Allah dan Nabi dalam Al-Quran dan hadis. Adakah ia bercanggah,..??? Benar, apa yang berlaku itu memang kita tidak dapat membuktikannya secara saintifik, tapi bukankah soal dosa dan pahala,syurga dan neraka itu perkara ghaib,..??? Janganlah bila kita sudah meninggal dunia, bila kita sudah diazab barulah kita mahu percaya bahawa 
"Oh... memang betul apa yang Allah dan Rasul katakan. Aku menyesal.... . " itu dah terlambat.



REBUTLAH 5 PELUANG INI SEBELUM TIBA 5 RINTANGAN

WAKTU KAYA SEBELUM MISKIN, WAKTU SENANG SEBELUM SIBUK, WAKTU SIHAT SEBELUM SAKIT, WAKTU MUDA SEBELUM TUA DAN WAKTU HIDUP SEBELUM MATI

" SAMPAIKANLAH PESANKU BIARPUN SATU AYAT...."








Kiriman dari seorang kawan




Kayuhan Mimpi Odong-odong Bang Ali




Kisah ini dipersembahkan untuk semua ayah yang berjuang memenuhi kebutuhan keluarga, semoga Allah menghapus dosa-dosa kalian karenanya....




" Diobok-obok airnya diobok-obok..., " dendang penyanyi cilik Joshua terdengar ikut meramaikan kerumunan anak-anak yang sedang berkumpul di dekat odong-odong* Ali. Bang Ali, begitu ia biasa disapa, sudah melakoni profesi sebagai tukang odong-odong selama dua tahun terakhir.
Dulu sih jumlah odong-odong masih sedikit. Tapi sekarang, di satu kompleks perumahan saja bisa ada tiga odong-odong yang beroperasi. Malah kini ada yang berbentuk komidi putar mini, tidak lagi sekadar empat dudukan berbentuk kendaraan atau aneka bentuk hewan  yang bisa bergerak maju mundur atau naik turun, sebagaimana odong-odong Ali. Ali harus berpikir lebih kreatif untuk memikat langganannya. Dihiasnya odong-odongnya dengan lampu-lampu kecil. Di depannya tergantung tulisan "Odong-odong Bang Ali" dari kertas emas. Juga ada hiasan dari balon-balon yang bergelantungan di tepi atap odong-odong. Idenya dari delman hias yang pernah dilihatnya sewaktu ia main ke Bogor.
Odong-odong itu disewanya Rp. 30.000,- perhari. Bukan jumlah yang kecil bagi seorang Ali karena keuntungan bersihnya perhari rata-rata hanya mencapai tiga puluh ribu sampai lima puluh ribu rupiah. Walau demikian, cukuplah untuk menghidupi istrinya Nurlela dan anak laki-laki semata wayangnya yang belum genap dua tahun, Fajar.
Keluarga kecil mereka tinggal di sepetak rumah sewaan di sebuah perkampungan di bilangan Tambun, Bekasi Timur. Sewanya perbulan Rp. 300.000,- . Cuma satu ruangan seukuran 4x4. Berdempet-dempet dengan lima tetangga dengan dua kamar mandi umum yang mereka gunakan bersama. Ada tembok yang membatasi kampung mereka dengan perumahan kelas menengah, Perumahan Permata Gading.
Lela, istri yang dinikahinya tujuh tahun silam ikut membantu menambah penghasilan dengan menjadi buruh cuci di perumahan itu. Lumayanlah pendapatannya untuk ikut menopang kehidupan sederhana keluarga kecil mereka.
Fajar si semata wayang, baru hadir meramaikan kehidupan mereka setelah lima tahun pernikahan berlangsung. Sebetulnya Lela sudah beberapa kali positif hamil, namun selalu gugur. Cuma Fajar akhirnya yang selamat walau harus lahir lewat operasi cesar di klinik. Beruntung majikan Lela berbaik hati meminjami Ali biaya cesar Fajar uang sebesar lima juta rupiah. Ali boleh mencicilnya sekuat kemampuan. Dua bulan lagi insya Allah lunas sudah cicilan tersebut.
Sedang Fajar, nama yang dipilih Ali dan Lela, bermakna harapan. Anak yang sangat mereka sayangi. Lucu dan pintar. Tidak bisa diam, hobinya berlari dan memanjat-manjat. Kadang kewalahan Lela menjaganya. Pipinya membulat menyiratkan makannya yang lahap.
Mendorong odong-odong dengan kayuhan kaki keliling kampung-kampung atau perumahan bukanlah pekerjaan ringan bagi Ali. Namun pupus segala kelelahan Ali melihat kelucuan Fajar. Ali dan Lela rela berhemat-hemat demi memenuhi kebutuhan gizi Fajar. Walau pendidikan mereka berdua hanya setingkat SMP, Ali selalu mendorong Lela agar aktif belajar ilmu tentang anak di Posyandu. "La, anak kita ini insya Allah adalah calon orang besar, jadi kita harus serius membesarkannya," kata Ali selalu penuh harap.
Lagu "Air"-nya Joshua yang mengaung dari speaker odong-odong Ali sudah habis, berganti dengan lagu Trio Kwek-kwek "Mamaku Marah". Ongkos tiap anak naik odong-odong per empat lagu adalah seribu rupiah. Biasanya odong-odong Ali kerap dipanggil langganan sewaktu pagi dan sore hari, jam makan anak-anak kecil.
 "Kalau disuapi sambil naik odong-odong, Ita makannya jadi banyak, Bang! " kata seorang ibu langganannya.

Kalau begini Ali jadi tersenyum. Sebab ia tahu, untuk menghabiskan sepiring nasi, si kecil Ita butuh waktu sepanjang 12 lagu. "Alhamdulillah, he..he...," tawanya, dalam hati tentu.
Memang berinteraksi dengan anak-anak kecil banyak suka dukanya. Sukanya karena ia melihat binar anak-anak kalau ia datang diiringi lagu-lagu dari tape yang diputarnya. Bahkan ada juga yang membuatnya tertawa tergelak-gelak, yaitu ketika ada seorang ibu yang bercerita dengan nada cemburu bahwa kata pertama yang dapat diucap putri 15 bulannya adalah "ODONG" dan bukan "Mama" atau "Papa". "Hahaha, ada-ada saja...," Ali tak tahan menahan tawanya.
Dukanya kalau ia diomeli ibu-ibu, "Bang, jangan sering-sering lewat sini, doong... anakku rewel pingin naik, aku lagi ngga punya duiiiiiit!".
"Halah, masa ngga punya duit, orang dagang yang dimarahin. Namanya juga usaha ..", sewot Ali. 
 
Namun pelanggan favoritnya adalah penghuni rumah besar di Permata Gading Blok H no 34. Nama anaknya Hani. Umurnya cuma selisih sehari lebih tua dibanding Fajar buah hatinya. Mamanya entah siapa namanya. Ali biasa memanggilnya Bu Haji. Semua memanggil dia dengan sebutan itu.
Hani anak bungsu. Kakaknya ada 3. Sudah besar semua. Yang terkecil usia SD. "Karunia tak terduga," kata Bu Haji tentang Hani ketika Ali menanyakannya.
Hani juga termasuk anak yang susah makan. Naik odong-odong membuatnya spontan membuka mulut kalau lagi disuapi. Membuat Bu Haji atau pengasuh Hani girang bukan kepalang.
Kadang Ali berpikir, "Fajar yang makan seadanya, makannya selalu mudah dan lahap. Hani yang mamanya bisa membelikan makanan apa saja, sangat susah disuapi. Hmm, bagian dari keadilan Allah mungkin, hehe," tersenyum Ali ketika lintasan wajah montok Fajar berkelebat di matanya.
Nah, Bu Haji ini juga sangat pemurah. Kalau ia yang sedang menyuapi Hani, dipanggilnya anak-anak tetangga untuk ikut naik odong-odong Ali. "Sekalian, " katanya.
Membayar Ali tidak pernah dihitung-hitungnya. Langsung diserahkannya dua lembar uang sepuluh ribu. Kadang bahkan lebih. "Yang penting Hani senang, Bang, kembaliannya buat beli oleh-oleh Fajar, ya," tandasnya ramah.
Bu Haji memang baik. Semenjak ia tahu Ali punya anak bernama Fajar yang hanya berusia selisih sehari dengan Hani, ada saja yang diberikannya untuk Fajar walau hanya mainan bekas. Ali menerimanya dengan suka cita. Mainan bekas Hani masih bagus-bagus, Fajar tentu senang memainkannya.
Mengenal Bu Haji jadi semakin menguatkan cita-cita Ali untuk jadi orang kaya. "Biar bisa bersedekah seperti Bu Haji," ucap Ali dalam obrolannya dengan beliau sambil menunggui Hani naik odong-odong pada suatu sore.
"Bang, mau sedekah mah ngga usah nunggu jadi kaya dulu," kata Bu Haji diiringi senyum.
"Gimana dong, Bu?", ingin tahu Ali. 
"Yang Bang Ali punya apa?", pancing Bu Haji sabar.
"Yang saya punya sekarang kan tenaga doang, Bu," jawab Ali bingung.
 "Nah, itu dia!," kata Bu Haji lagi, "Kalau mau jadi orang kaya, Bang Ali kudu dari sekarang bersedekah dengan tenaga Bang Ali," ucapnya membuat Ali tambah penasaran.
 "Bang Ali tahu Panti Asuhan "Baiti Jannati" di jalan raya sana?", tanya Bu Haji.
 "Tahu, Bu. Sekitar dua kilometer dari sini kan? Dekat pasar?"
"Nah, gimana kalau Bang Ali mempersilakan anak-anak kecil di panti itu naik odong-odong gratis? Paling tidak seminggu sekali, tentu mereka senang sekali," Bu Haji memaparkan idenya. "Pertama, Bang Ali bersedekah dengan tenaga. Kedua, Bang Ali sekaligus menjalankan sunnah Rasul, membahagiakan anak-anak," papar Bu Haji.
"Hah, membahagiakan anak-anak memangnya juga dicontohin Rasul, Bu Haji?" tanpa sadar mulut Ali sampai menganga takjub.
"Lho, emangnya Bang Ali belum tahu? Rasul kita itu ya, paling sayaaang sama yang namanya anak-anak kecil," Bu Haji menjelaskan, "Rasulullah suka memeluk anak-anak kecil, mengusap kepala, bergurau dan selalu berkata yang lembut. Rasul kita pasti ikut tersenyum kalau sekarang ada umatnya yang mengikuti teladan beliau, ya ngga Bang?, " Bu Haji terus memotivasi Ali, menggetarkan hatinya.
"Allahumma shalli ala Muhammad, wa ali ali Muhammad, " Ali bershalawat dalam hati, "Kalau Rasul yang begitu sibuk saja sangatlah baik sama anak-anak, masa aku tidak mau mengikuti beliau?," Ali berdialog dengan dirinya, "Apalagi dengan anak-anak yatim... ah, mulai hari ini setiap hari Jumat aku akan mempersilakan anak-anak "Baiti Jannati" naik odong-odongku gratis selama satu jam, insya Allah," pungkas Ali.
 Tekad sudah membulat. Akhirnya, hingga kini telah empat Jumat Ali menghibur anak-anak yatim di Baiti Jannati. Ada kebahagiaan yang tak terkira setiap ia melakukan hal itu. "Terimakasih Allah, " kata Ali, "Kurasakan, ternyata memang betul tangan di atas itu lebih nikmat daripada tangan di bawah, Alhamdulillah."

 *****

Hari ini Ali pulang selepas gelap. Tadi ia menunaikan sholat maghrib dulu di masjid dekat rumah. Dilihatnya Fajar sudah pulas, tertidur di kasur kecilnya sambil dikipasi Lela dengan koran bekas. Ali tersenyum melihat Fajar dan kasurnya. Kasur tipis selebar 1x1 yang sudah berbau bekas ompol, tapi tanpanya tak dapatlah Fajar tertidur lelap. Selalu dibawa serta kalau Fajar kebetulan menginap di tempat mertua atau saudara lainnya.
Ali membungkukkan badan, mengecup lembut kening Fajar. Ujung matanya menangkap secarik kertas kecil di dekapan putra tersayangnya itu.
 Kertas apa ini, La?" tanya Ali pada istrinya. Diambilnya kertas dari genggaman tangan Fajar. Agak susah, karena Fajar memegangnya dengan amat erat. Dilihatnya sobekan kertas dari sebuah majalah, cuma deretan huruf-huruf dari potongan iklan.
 "Abang melihatnya terbalik," kata Lela, meraih tangan Ali dan menciumnya.
 Ali membalik kertas kumal itu dan melihat gambar sepeda mini beroda empat berwarna merah menyala. " Sepeda?" gumamnya masih tak mengerti.
 "Begini, Bang," Lela mulai bercerita, "Sebetulnya sudah hampir seminggu Fajar terus-menerus merengek minta sepeda. Maklum, anak majikan Lela, si Riko, kan baru saja dibelikan sepeda mini. Mungkin Fajar jadi kepingin," lanjutnya. "Walau cucian Lela sudah selesai, Fajar ngga mau diajak pulang. Maunya lihat sepeda melulu. Mau pinjam ngga berani, karena Riko juga ngga mau meminjamkan. Maklumlah, Bang, namanya juga anak-anak."
"Kok kamu baru cerita sekarang sih, La?" Ali gusar.
"Yaa, Lela kasihan kalau Bang Ali kepikiran. Lagian tadinya Lela pikir Fajar bakal cepat lupa. Paling juga keinginan sesaat. Tahunya saban hari merengek-rengek terus minta dibelikan sepeda."
"Memangnya Fajar bilang apa?" mau tidak mau Ali jadi tersenyum kecil membayangkan Fajar merongrong Lela.
"Mak...eda, mak....eda, maaak......Begituuu terus sambil mengikuti kemana Lela pergi dan menarik-narik baju Lela," kisah istrinya pada Ali. “Pas Lela bilang, ‘beli sepeda itu pakai duit, Jar, duiiiit…’..eh, Fajar ganti bilang : ‘Mak…duit, maaak…duiiiiiit’ ”, tutur Lela sambil tersenyum.
"Kadang-kadang sih lupa juga, tapi tadi pas Lela bacain cerita sebelum tidur dari majalah bekas, Fajar melihat iklan sepeda mini. Jadinya dia ingat dan terus menangis minta dibelikan sepeda. Lela jadi bingung harus ngapain lagi, Bang. Akhirnya Lela ambil gunting, menggunting gambar sepeda itu dan bilang ke Fajar : Nak, main sepedanya dalam mimpi saja ya," cerita Lela polos.
"Hmm, itu sebabnya Fajar tidur sambil memegang guntingan gambar sepeda, gitu?" trenyuh juga Ali mendengar celoteh istrinya.
"Udah, Bang, jangan dipikirin. Moga-moga besok pagi dia sudah lupa. Sekarang Abang makan aja, ya, Lela temenin," Lela menggamit mesra tangan suaminya menuju sudut ruangan. Di sana, di atas kardus bertaplak, terhidang menu sehari-hari mereka : nasi, sayur bening dan tempe.

*****

Esoknya, pagi-pagi Ali sudah tiba di toko sepeda di dekat rel kereta Tambun. Ceritanya mau survei harga sepeda mini, yang baru maupun yang bekas. Tanggal 29 November Fajar ulang tahun kedua. Masih ada sepuluh hari lagi. Ali berharap masih ada waktu untuk mengumpulkan uang guna membeli hadiah ulang tahun sepeda mini untuk Fajar-nya tercinta.
Puluhan sepeda berderet memikat hati. Dari yang rakitan hingga yang baru yang catnya masih kemilau. "Yang ini berapa harganya, Pak?" tanya Ali sambil menunjuk sepeda berwarna biru bergambar tokoh katun Ben 10. Sepertinya sepeda itu sangat cocok dikendarai Fajar. Anaknya itu pasti akan senang sekali jika Ali pulang membawa oleh-oleh sepeda biru itu.
 "Tujuh ratus ribu saja, asli buatan Jepang tuh, Mas," jawab sang penjaja mengagetkan Ali.
 "Kok mahal betul, Pak? Ngga bisa kurang? " tawar Ali.
 "Buatan Jepang itu awet, Mas. Saya berani korting lima puluh ribu saja. Kalau mau yang murah, yang Cina punya saja. Tapi saya tidak menjamin kualitasnya," papar sang penjaja.
Dalam hitung-hitungan di kepala Ali -dipotong setoran sewa harian odong-odong dan keperluan belanja sehari-hari-- dalam waktu sepuluh hari kedepan paling-paling dia hanya akan bisa mengumpulkan uang ekstra seratus dua puluh ribu rupiah saja. Baru kemaren uang sewa rumah bulanan dan uang cicilan biaya cesar Fajar ia setorkan. Lagipula, Ali benar-benar kaget mendengar harga sepeda mini ternyata sudah setinggi itu.
 "Maaf Pak, ya, yang seratusan ribu ada?" tanya Ali menepis malu berusaha melupakan sepeda biru Ben-10.
 "Sebentar ya, Mas." tukas bapak penjual sepeda sambil masuk ke sebuah ruangan. Sewaktu keluar ia membawa sesosok sepeda.
"Hmm, kusam, belum dicat rapi, sepertinya sepeda bekas," Ali menilai dalam hatinya.
"Ini memang bekas, Mas," jelas sang bapak seperti bisa membaca pikiran Ali, "nanti saya cat ulang biar seperti baru," lanjutnya, "kalau Mas berminat, saya lepas seratus dua puluh ribu saja."
Harga yang disebut memang pas dengan anggaran sepeda mini Ali untuk Fajar. Namun sekelumit sedih menyusupi hati Ali yang terdalam. Ayah muda berusia 25 tahun itu merasa miris. Betapa inginnya ia membelikan Fajar sepeda Jepang seharga 700 ribu. "Calon orang besar masa depan rasanya lebih cocok naik sepeda Ben-10," katanya dalam hati, "sayang bapakmu ini insya Allah cuma mampu membelikanmu sepeda seratus ribuan itu, Nak. Itupun uangnya belum terkumpul....."
"Bagaimana, Mas, jadi?" suara si penjual mengusir lamunan Ahmad.
"Insya Allah sepuluh hari lagi saya kembali, Pak. Saya serahkan dulu uang mukanya dua puluh ribu, boleh? Jadi Bapak bisa cat dulu sepeda ini," bujuk Ahmad sambil menekan rasa sungkan.
Bapak penjual sepeda mendecakkan lidahnya, sepertinya dia agak kesal. "Baiklah," katanya. "Tapi kalau dalam sepuluh hari Mas tidak kembali, sepeda ini akan saya jual ke orang lain, lho."
 "Baik, makasih, Pak"
 "Sama-sama," tandas Bapak penjual sepeda.

*****

Entah kenapa, rasanya sepuluh hari berikutnya adalah sepuluh hari terberat bagi Ali dalam hal menjemput rizki. Hujan sangat sering turun, membuat para pelanggan kecilnya tak bisa keluar rumah. Hari Jumat ini adalah hari terakhir bagi Ali menggenapkan seratus ribunya. Besok pagi ulang tahun Fajar tiba, seharusnya ia sudah bisa membawa pulang sepeda mini bekas itu. Tapi uang yang sudah dikumpulkannya masih kurang Rp. 25.000,- lagi.
 "Ya Allah, pada hari Jumat yang penuh berkah ini, perkenankanlah hamba membawa pulang keuntungan yang memungkinkan aku membeli hadiah ulang tahun sepeda mini untuk Fajarku, " doa Ali dalam zikir bada Subuhnya.
Pukul sepuluh pagi hari itu, uang sewa harian Rp.30.000,- sudah ada di kantungnya. Tinggal Rp.35.000,- lagi yang harus dicari, sepuluh ribu untuk menutup belanja harian istrinya di warung tadi pagi, serta sisanya tentu saja adalah uang untuk sepeda mini itu.
Oya, tadi pagi Ali tidak bisa menghibur anak-anak panti seperti biasanya. "Anak-anak sedang diajak berenang oleh seorang dermawan," kata ibu pengurus di sana.
 Ali agak kecewa. Sebetulnya tadi ia ingin minta didoakan anak-anak panti agar hari ini ia banyak rizkinya. Bukan tidak bermaksud tidak ikhlas sih, tapi Ali merasa doa anak panti asuhan pasti lebih ma'bul dari doanya.
Ya, Ali memang sudah mulai cemas. Hari makin bergulir, namun targetnya belum tercapai juga. Padahal mendung sudah semakin menggantung.
"Jangan hujan ya, Allah.... Janganlah Engkau biarkan hujan turun dulu sebelum aku mengumpulkan uang untuk sepeda ya, Allah," doa Ali sambil mengayuh odong-odongnya menyusuri jalan-jalan perkampungan Bekasi yang sempit.
"Odong-odooooonng...," terdengar suara perempuan memanggilnya.
 "Alhamdulillah," syukur Ali sambil mulai menyetel lagu anak-anak dari tapenya. "Macet lagi, macet lagi...gara-gara si Komo lewaat...", suara kasetnya mulai membahana parau. Maklum kaset tua, wajar suaranya sudah terseok-seok.
Anak sang ibu duduk di mainan depan, berpegangan erat pada kuping si gajah bergoyang-goyang maju mundur. Anaknya agak gemuk, lebih gemuk dari Fajar. Lagi-lagi Ali ingat anandanya, "Ya, Allah, hamba cuma mohon sepeda untuk anakku, ya Allah...kabulkanlah ya, Allah," pinta Ali dalam hati mirip rengekan anak kecil.
Sementara anak itu naik odong-odong, sang ibu yang juga berpostur agak gemuk sibuk mengangkat jemuran dan melakukan aneka pekerjaan. Seakan-akan memanfaatkan waktu kala sang anak punya keasyikan sendiri. Tak terasa sudah lima putaran Ali mengayuh odong-odongnya.
"Permisi, Bu. Main odong-odongnya masih lanjut?," tanya Ali, kuatir sang ibu lupa.
Ternyata ibu tersebut memang benar-benar lupa. "Ya, ampuuuun," pekiknya keras mirip berteriak. Secepat kilat diangkatnya sang anak dari odong-odong yang kontan langsung menimpalinya dengan jeritan yang sama kerasnya.
 "Ga mauuuu, ga mauuuuuu, " tangis anak itu.
 "Hus, diam. Main aja kerjamu, ya?" ibu tersebut malah marah-marah pada sang anak. "Nih," katanya kasar pada Ali sambil memberikan sehelai uang seribuan.
Ali mendengus tidak terima. "Maaf Bu, lima putaran bayarnya lima ribu," kata Ali tegas. Kekesalan di hatinya makin merambat naik, apalagi mengingat waktu pengumpulan uang untuk membeli sepeda tinggal beberapa jam lagi.
"Mau lima, kek, mau sepuluh, kek, pokoknya saya cuma mau bayar SEGITU! Salah sendiri kamu ngga ngingetin saya!", ibu tersebut malah menyalahkan Ali.
Baru saja Ali hendak membalas, ibu dan anak tersebut sudah masuk ke rumah mereka sambil membanting pintu.
Ali mengejar, namun baru saja tangannya hendak menggedor pintu rumah tersebut, sudut matanya melihat sehelai kasur tipis teronggok di atas dipan bambu di teras rumah. Sepertinya baru diangkat dari jemuran bekas diompoli. Tak heran sisa aroma pesing menyeruak di sela-sela bulu hidungnya.
Ali teringat Fajar. "Ah, biarpun ibu tadi yang salah, masakah aku tega menggedor-gedor pintunya hanya untuk empat ribu rupiah?", dialog Ali dengan hatinya. "Tidak mungkin Fajar akan bangga dengan bapaknya jika aku melakukan hal ini. Mengejar-ngejar ibu dan anak untuk empat ribu rupiah. Mungkin juga ibu tadi juga tidak punya uang lagi," pikir Ali berusaha ridho dan mengikhlaskannya.
Dengan lunglai Ali memutuskan untuk meneruskan keliling kampung. Namun harapannya semakin pupus seiring dengan langit yang semakin menggelap tanda hujan akan segera turun. Dan benarlah, tetes pertama mulai membasahi jari tangannya.
Hati Ali pedih. "Ya, Allah, Engkau kan Maha Kaya, dan yang hamba mohonkan cuma sekian ribu rupiah saja," seru hati Ali memilukan tanpa bermaksud menggugat Rabbnya. "Engkau kan Maha Tahu ya Allah, anakku sangat ingin sepeda itu, dan cuma sepeda bekas ya, Allah...tapi kenapa tidak Engkau berikan ya, Allah?" Ali memelas pada Tuhannya.
Sejak kecil Ali terbiasa hidup sederhana dengan uang pas-pasan. Semua dijalaninya dengan ridho dan ikhlas. Tapi baru kali ini dia merasa ketidakberdayaannya sebagai orang tak punya. Semata-mata karena ingin memenuhi keinginan buah hatinya, karena dorongan tanggung jawabnya sebagai pencari nafkah utama keluarga.
Air mata yang bergulir tak sempat mencapai pipi dibuyarkan hujan yang kian melebat. Biasanya dalam kondisi begini Ali akan segera berteduh, namun ia tidak mau menyerah. Masih ada satu harapan lagi, rumah Bu Haji.
Pada dasarnya Ali memang optimis dan pantang menyerah. Di bawah guyuran hujan dikayuhnya odong-odongnya menembus perkampungan, memasuki gerbang perumahan Permata Gading, langsung menuju blok H no. 34.
Dalam jalan pikirannya yang sederhana, Ali bertekad membujuk Hani naik odong-odongnya. "Toh Bu Haji punya garasi, akan kuparkir odong-odongku di sana, jadi Hani tidak kehujanan," begitu harap Ali. "Semoga berhasil ya, Allah...semoga berhasil ya, Allah...," pintanya sepanjang jalan bagaikan merapal mantera.
Kata-kata pengasuh Hani di pagar meluruhkan seluruh harapannya, membuat kedua lututnya terasa lemas. "Hani pergi dengan keluarganya, makan-makan di luar karena Hani ulang tahun," begitu kata wanita muda berparas manis itu.

 *****

 Sore itu rasanya malas sekali Ali pulang ke rumah. Tak sanggup rasanya ia melihat wajah Lela dan Fajar. "Maafkan Bapak, Nak, Bapak sudah berusaha" bisik Ali pelan ketika bada maghrib Ali mengetuk pintu rumahnya.
Pintu terbuka, Lela istrinya yang penyabar itu langsung menubruk dan memeluknya. "Maaf La, Abang ngga bawa sepeda untuk Fajar," bergetar ucapan Ali.
"Abang, lihaaat..," Nurlela menunjuk ke arah kasur tempat Fajar terlelap. Didekat kasur, berdiri dengan gagahnya sepeda biru Ben-10 seharga tujuh ratus ribu rupiah. Jelas masih baru, plastiknya masih utuh di sana-sini. Cat birunya mengkilat ditimpa cahaya lampu.
"Ada yang antar tadi, Baaang. Ini ada suratnya buat Abang," kata Lela beruntun memberikan Ali sepucuk surat. Disodorkan kepalanya melewati bahu tegap suaminya, ingin ikut membaca. Tampak tulisan kecil-kecil rapi, kemungkinan milik seorang wanita.
 "Ass.Bang Ali yang baik,
Semoga Bang Ali sekeluarga sehat dan dalam perlindungan Allah Taala.Amin.
Ini ada hadiah ulang tahun untuk Dik Fajar. Kami ingat, ulang tahunnya hanya selisih satu hari dengan Dik Hani, bukan?
Kebetulan Dik Hani dapat dua hadiah ulang tahun berupa sepeda. Satu dari neneknya, satu dari eyangnya. Masing-masing berwarna merah muda dan biru. Dik Hani memilih yang merah muda.
 Kami sekeluarga,termasuk eyangnya,yakin… sepeda biru ini akan jauh lebih bermanfaat jika digunakan oleh Dik Fajar.
Hari-hari Bang Ali terisi dengan membahagiakan anak-anak kecil dengan odong-odongnya karena Allah, kini biarlah giliran anak Bang Ali yang berbahagia dengan sepeda barunya.
Salam manis dari kami sekeluarga.
Wass."

Mungkin karena terburu-buru penulisnya lupa menuliskan nama. Namun tentu saja Ali tahu, sepeda dan surat itu dari Bu Haji.

Ali tenggelam dalam haru. "Allah, Engkau memberi jauh melebihi apa yang kami pinta. Ampuni hambaMu ini. Bagaimana mungkin tadi aku sempat meragukan kasih sayangMu, Rabbi..."
"Subhanallah, Bang," kata Lela sambil menggenggam erat tangan suaminya, menatap muka pulas Fajar yang masih menyungging senyum, "padahal sepuluh hari yang lalu Fajar kecil cuma menggenggam robekan gambar sepeda dan naik sepeda dalam mimpi...".





* Odong-odong = permainan anak-anak yang biasanya terdiri dari empat dudukan untuk anak kecil yang masing-masing bisa bergerak maju mundur atau naik turun. Lazimnya dudukan tersebut berbentuk kendaraan atau aneka bentuk hewan. Empat dudukan ini bisa bergerak karena dikayuh secara manual oleh tukang odong-odong dari belakang. Jadi ada dua kayuh di belakang. Satu untuk menggerakkan odong-odong, satu lagi berfungsi seperti kayuh sepeda yang membawa satu unit odong-odong ini menyusuri jalan. Agar lebih meriah, odong-odong biasanya dilengkapi dengan tape untuk memutar lagu anak-anak.