Ahad, 28 November 2010

^Muslimah Sejati^

 
 
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================
 

Di zaman yang penuh kebebasan ini banyak sekali wanita Muslimah yang tidak memiliki ciri Muslimah. Mereka bersikap tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Islam. Seperti dalam masalah materi, wanita Muslimah seharusnya lebih mementingkan yang halal daripada jumlahnya.

Muslimah sejati tergambar pada riwayat yang menyebutkan bahwa seorang wanita ketika melepaskan suaminya yang akan pergi bekerja mencari nafkah berkata, "Bawa pulanglah rezeki yang halal, jika tidak kau dapatkan maka kami lebih rela kelaparan daripada menerima siksa api neraka."

Keimanan wanita ini menjadikan dia mengucapkan kata-kata yang jika kita ukur dengan keadaan sekarang sungguh aneh dan berbeda. Tetapi, itulah Muslimah sejati. Dia lebih senang kekurangan harta dan makanan daripada harus kelak menanggung beban siksaan api neraka.

Suami dari wanita seperti ini tentu tidak akan mau melakukan keharaman demi menyenangkan hati istri dan keluarganya. Tidak akan muncul para koruptor, penipu,maling, dan perampok, serta orang-orang yang berlumuran dengan riba, karena para istri menolak menerima uang haram.

Riwayat lain menyebutkan tentang Muslimah sejati yang perlu diteladani dan direnungi oleh wanita sekarang. Ada seorang wanita yang tengah ditinggal oleh suaminya pergi berjihad fi sabilillah. Wanita tetangganya berkata kepadanya, "Bagaimana kau biarkan suamimu pergi meninggalkanmu dan anak-anakmu, siapa yang akan memberi makan kalian sekeluarga?

"Wanita itu menjawab dengan penuh keimanan, "Setahuku suamiku itu akkaal (orang yang selalu makan) bukan Razzaaq (yang selalu memberi rezeki), jika akkaal telah pergi maka Razzaaq masih ada."

Pemahaman yang jernih wanita ini memberinya keyakinan bahwa yang memberikan rezeki itu adalah Allah maka jika pun suaminya pergi berjihad, tidak ada keraguan dalam hatinya untuk melepaskan pergi berjuang. Adapun yang akan memberikan rezeki baginya dan anak-anaknya adalah Allah, Ar Razzaaq.

 
Keyakinan seperti ini yang harus dimiliki oleh setiap Muslimah agar dunia ini tegak berdasarkan Islam, karena bagaimana mungkin para pejuang akan ikhlas jika para istri masih saja memberati suami mereka, takut menghadapi tantangan hidup dan menjadi orang-orang yang lemah iman dan daya juangnya.

Walhasil, para Muslimah sejati seperti ini harus ditumbuhkembangkan agar kehidupan ini lebih baik dan Islami. Dan benarlah perkataan seorang bijak yang menyebutkan bahwa, "Di balik setiap laki-laki yang hebat itu ada wanita yang hebat yang pula.



=====


Sebuah renungan untukku, untukmu, untuk kita semua.
Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati yang terkunci....

Mahbubah Aseri

Barakallahufiikum.semoga bermanfaat
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
--------------------------------

" Berikan kami Al Qur’an, bukan cokelat! "

 
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================
 

“Al Qur’an! Al Qur’an! Bukan cokelat! Bukan Cokelat!” kata anak perempuan setengah berteriak ke beberapa teman lain yang sedang mengurus pengungsi.
Dua Pasang Mata di Tengah Salju: Al Qur’an Bukan Cokelat!
(Banyak yang sebenarnya harus saya catat ketika bekerja menemani anak-anak di berbagai daerah dan negara. Namun,cerita yang satu ini amat berkesan. Menohok konsep diri.)

Anak-anak hebat tidak selamanya lahir dari fasilitas yang serba lengkap, bahkan sebagian dari mereka disembulkan dari kehidupan sulit yang berderak-derak. Mereka tumbuh dan berkembang dari kekurangan.

Pada sebuah musim dingin yang menggigit, di sebuah pedalaman, di belahan timur Eropa, kisah ini bermula. Kejadian menakjubkan, setidaknya bagi saya.

Salju bagai permadani putih dingin menyelimuti pedalaman yang telah kusut masai dirobek perang yang tak kunjung usai. Dentuman bom dan letupan senjata meraung-raung dimana-mana. Sesekali, terdengar ibu dan anak menjerit dan kemudian hilang.

Di tenda kami, puluhan anak duduk memojok dalam keadaan teramat takut.  Sepi. Takada percakapan. Takada jeritan. Hanya desah pasrah merayap dari mulut mereka terutama ketika terdengar letupan atau ledakan.

Di luar, selimut putih beku telah menutup hampir semua jengkal tanah. Satu-dua pohon perdu masih keras kepala mendongak, menyeruak. Beberapa di antara kami terlihat masih berlari ke sana-kemari. Memangku anak atau membopong anak-anak yang terjebak perang dan musim dingin yang menggigit tulang.

Tiba-tiba dari kejauhan, saya melihat dua titik hitam kecil. Lambat laun, terus bergerak menuju tenda kami. Teman di samping yang berkebangsaan Mesir mengambil teropong.

“Allahu Akbar!” teriaknya meloncat sambil melemparkan teropong sekenanya.

Saya juga meloncat dan ikut berlari menyusul dua titik hitam kecil itu. Seperti dua rusa yang dikejar Singa Kalahari, kami berlari.

Dari jarak beberapa meter, dapat kami pastikan bahwa dua titik hitam kecil itu adalah sepasang anak. Anak perempuan lebih besar dan tinggi dari anak lelaki. Anak perempuan yang manis khas Eropa Timur itu terlihat amat lelah. Matanya redup. Sementara, anak lelaki berusaha terus tegar.
“Cokelat …,” sodor teman saya setelah mereka sampai di tenda penampungan kami.
Anak yang lebih besar dengan mata tajamnya menatap teman saya yang menyodorkan sebungkus cokelat tadi.

Teman saya merasa mendapat perhatian maka dia semakin semangat menyodorkan cokelat. Diangsurnya tiga bungkus cokelat ke kepalan tangan anak yang kecil (yang ternyata adalah adiknya).

Sang Kakak dengan cepat dan mengejutkan kami mengibaskan tangannya menolak dua bungkus cokelat yang diberikan. Teman saya yang berkebangsaan Mesir itu terkesiap.
“Berikan kami Al Qur’an, bukan cokelat!” katanya hampir setengah berteriak.
Kalimatnya yang singkat dan tegas seperti suara tiang pancang dihantam berkali-kali.

Belum seluruhnya nyawa kami berkumpul, sang Kakak melanjutkan ucapannya,
“Kami membutuhkan bantuan abadi dari Allah! Kami ingin membaca Al Qur’an. Tapi, ndak ada satu pun Al Qur’an.”
Saya tercekat apalagi teman saya yang dari Mesir. Kakinya seperti terbenam begitu dalam dan berat di rumput salju. Kami bergeming.

Dua titik hitam yang amat luar biasa meneruskan perjalanannya menuju tenda pengungsi. Mereka berusaha tegap berjalan.
“Al Qur’an! Al Qur’an! Bukan cokelat! Bukan Cokelat!” kata anak perempuan setengah berteriak ke beberapa teman lain yang sedang mengurus pengungsi.
Saya dan teman Mesir yang juga adalah kandidat doktor ilmu tafsir Al Qur’an Universitas Al Azhar Kairo itu kaku.

[Takakan pernah terlupakan kejadian di sekitar Mostar ini. Meski musim dingin dan dalam dentuman senjata pembunuh yang tak terkendali, angsa-angsa terus berenang di sebuah danau berteratai yang luar biasa indahnya. Beberapa anak menangis dipangkuan. Darah menetes. Beberapa anak-anak bertanya, dimana ayah dan ibu mereka. (Saya ingin melupakan tahunnya.)]




=====


Sebuah renungan untukku, untukmu, untuk kita semua.
Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati yang terkunci....

== disalin dari:
Aku Mau Ayah! Mungkinkah tanpa sengaja anak Anda telah terabaikan? 45 Kisah Nyata Anak-Anak Yang Terabaikan“,  bab “Dua Pasang Mata di Tengah Salju: Al Qur’an Bukan Cokelat!” (hal 83-86)
Penulis: Irwan Rinaldi.
Penerbit: Progressio Publishing.
Cetakan Pertama, Juni 2009
==

Barakallahufiikum.semoga bermanfaat
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
--------------------------------

Jumaat, 26 November 2010

~ Mentari di balik Badai ~

 
 
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================
 
 
Sungguh indahnya hidup ini, jika kita tahu akan hakikat sebab dan musabab yang terjadi di atas kita pada setiap tarikan nafas, dalam setiap kedipan mata yang menjadi saksi kebesaranNya, dalam setiap langkah kaki yang menapak di atas perut-perut bumi, dalam degupan jantung pada setiap saat dan ketika dalam setiap kesedihan dan kegembiraan kita semua.

Sesungguhnya, setiap penciptaan manusia-manusia itu bukanlah sia-sia. Setiap penciptaannya ada tugas dan rahsia tersendiri. Allah mencipta manusia dengan sebaik-baik ciptaanNya. Malah lebih indah dari kesekalian alam yang ada. Subhanallah..! Begitu juga " masalah " yang Allah wujudkan untuk setiap anak Adam. Dibalik masalah-masalah tersebut, wujudnya keindahan, kegembiraan dan hikmahnya tersendiri. Dibalik setiap masalah itu ada hikmah. Namun, sangat sedikit saja manusia yang dapat merasakan keindahan dan kemanisan dalam "masalah" itu sendiri.

Seandainya kita tahu akan keindahan dan hikmah disebaik setiap masalah yang ada , nescaya kita tidak akan lari dari masalah itu bahkan tidak mustahil kita pula akan mencari perbagai masalah untuk memperbaiki diri kita. Itu jika kita sadar akan apa itu masalah sebenarnya. Jika kita tidak tahu apa itu masalah, niscaya kaki-kaki kita terasa ringan untuk melarikan diri dari maslah-masalah yang datang dan pergi bagaikan angin.

Adakah orang tua yang penuh kasih sayang mereka terhadap anaknya, ketika mereka memberikan 'masalah' (dalam proses mematangkan si anak) untuk diselesaikan atau dipecahkan..!!!
Adakah mereka sudah tidak sayang kepada anaknya,..???
Atau seorang guru yang memberikan tugas (memberi masalah) untuk anak-anak didikya karena bencinya guru terhadap anak didiknya,..???
Atau seorang kekasih yang memberi masalah kepada pasangannya dalam menguji kesetiaannya, itu dianggap sadis,..???

Dalam kehidupan, kita pasti menerima masalah, yang datang silih berganti tanpa mengira waktu.Yang membedakannya, permasalahan yang besar ataupun permasalahan yang kecil, misalkan itu masalah pekerjaan, masalah agama, masalah keluarga, masalah percintaan, masalah individu ataupun apa jua masalah, percayalah... Masalah itu pasti datang..!





Sesungguhnya, setiap permasalahan itu ada hikmahnya. Dapat diuraikan mengapa Allah SWT menguji kita dengan perbagai ujian...
  • Allah menggunakan masalah itu untuk MENGARAHKAN kita. Kadang-kadang Allah harus menyalakan api untuk membuatka kita terus bergerak. Sering kali masalah yang kita hadapi itu mengarahkan kita ke arah yang baru dan memberi kita motivasi untuk berubah. Adakala Allah menggunakan masalah itu untuk menarik perhatian kita..!
  • Allah mewujudkan masalah itu untuk MENGUJI kita. Manusia ini bagaikan teh celup. Jika hendak tahu apa jenis teh itu, celup saja dalam air panas. Allah kadang kala ingin melihat sejauh mana kita beriman kepadaNya, dengan menurunkan masalah-masalah ini pada kita.
  • Allah menjadikan masalah itu sebagai satu alat untuk MEMBETULKAN kita. Ada pelajaran-pelajaran yang hanya dapat kita pelajari setelah jatuhnya kita pada kegagalan.
  • Allah mempergunakan masalah itu untuk MELINDUNGI kita. Sebagai contoh, ketika hendak keluar dengan teman-teman tiba-tiba Allah memberikan masalah perut kepada kita, disebabkan kesakitan perut yang memerlukan kita ke tandas, teman-teman pergi tanpa menunggu kita. Sampai suatu masa, musibah datang. Bukankah masalah sakit perut itu secara tidak langsung Allah melindungi kita dari musibah tersebut,..???
  • Allah menurunkan masalah itu untuk MENYEMPURNAKAN kita. Sadarkah kita, dengan setiap ujian dari Allah itu, yang hadirnya silih berganti tanpa jemu sedikit sebanyak telah mematangkan kita. Membentuk kita ke arah kesempurnaan hidup walaupun pada hakikatnya sempurna itu adalah mustahil..!

Dan diciptakan olehNya, yakni Allah itu sendiri bahawa setiap penciptaan masalah itu, bukanlah untuk masalah itu sendiri tetapi untuk memperindahkan kita di dunia ini.
Subhanallah.., banyak orang apabila diri mereka ditimba suatu musibah atau masalah, terlihat yang pertama sekali mengeluh...mengeluh dan mengeluh. Dan ada yang lebih menyayat hati, sampai membunuh diri akibat masalah-masalah itu. Nau'dzubillah.....

Hadapilah masalah itu dengan senyuman, nescaya suatu saat nanti, masalah itu akan berubah menjadi mutiara yang berkilauan yang tidak akan pernah padam.

Surah Al-Insyirah ayat 5 berbunyi:


Kerena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
 








Kadangkala Allah hilangkan matahari
Allah beri petir dan kilat
Kita menangis mencari mana sinar mentari
Tapi rupanya Allah akan hadiahkan pelangi yang indah
Itulah perumpaan hidup ini
Allah menguji dengan perbagai dugaan
Tapi tidak selamanya kita diuji
Bahagia pasti akan tiba
Sesungguhnya kita semua dalam ujian-Nya
Menjalani Tabiyah dari-Nya



=====


Sebuah renungan untukku, untukmu, untuk kita semua.
Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati yang terkunci....

عبدالرحمن بن همزة

Barakallahufiikum.semoga bermanfaat
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
--------------------------------

Selasa, 23 November 2010

Belaian MU Surga bagi kU

 
 
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================
 
 
 
Terkadang dalam menjalani kehidupan, kita merasa sangat letih menanggung beban kehidupan hingga akhirnya terjatuh. Perasaan kita terasa begitu sesak, terhimpit beban yang begitu berat. Kekecewaan demi kekecewaan yang mesti kita terima, derai demi derai yang mesti kita tanggung, saat setapak demi setapak kita melangkah, mendadak terhimpun menjadi satu, merubuhkan kita yang selama ini telah mampu menguatkan diri untuk dapat menjalani semua itu.
 
Duhai Diri...

Engkau berusaha meraih, menggapai.. namun tak ada satupun yang terulur padamu..
Engkau berusaha berteriak.. tapi tak satupun kata mampu keluar, selain hanya sumpah serapah, hujatan, bahkan keluh kesah yang tak pernah ada kesudahan..
hingga akhirnya engkau merasa seluruh daya telah tiada lenyap entah kemana.

Ya Allah..!!

Dimanakah Engkau..??

akhirnya batin kita menjerit..

YA ALLAH..!!
mana pertolonga yang Engka janjikan,..???

YA ALLAH..!!
Mengapa semua derita ini harus kupikul,..???
Mengapa Engkau selalu memberiku derita,..???
Kapankah aku dapat merasakan kebahagiaan,..???

dan akhirnya kita menemukan diri kita menitikkan air mata, terisak..

Duhai Diri..

Saat kau pejamkan matamu dalam keheningan.. kesunyian batin yang menangis.. engkau merasa seorang diri, akhirnya engkau melihat seberkas cahaya terang. Begitu terang hingga mampu menyinari kegelapan hatimu.

Duhai Diri..

Begitulah saat cinta menyapamu.
Cinta yang sama kala ruh kita ditiup kerahim  seorang perempuan yang akhirnya kita sapa dengan penuh kasih ".. ibu.." , cinta yang memberikan kedamaian pada hati kita kala resah melanda, kasih yang menenangkan batin kala amarah bergelora, dan engkaupun melihat derita itu dengan tersenyum lebar, kekuatanmu yang telah sirna mendadak kembali lagi, bahkan kekuatan itu melebihi kekuatan yang ada pada diri mu sebelumnya.

Ya Allah..
Ternyata cinta itu ada..
Cinta yang Engkau karuniakan kepada kami jauh sebelum kami mampu memahami keberadaan kami di dunia ini..

Duhai diri..

Engkaupun merasa beban batinmu terangkat..
Kakimu terasa begitu ringan melangkah..
Dan dengan senyum penuh kelembutan, engkau mengatakan kepada dirimu sendiri, " semua akan baik-baik saja karena cinta itu ternyata ada, cinta yang pernah Allah janjikan, cinta yang telah aku ikrarkan jauh sebelum aku tahu arti kata itu sendiri, cinta yang Esa, cinta yang Abadi, cinta yang tak kan pernah lekang oleh waktu. "

Ya Allah..

Izinkan kami untuk  selalu menjaga kemurnian cinta itu
Kuatkan hati kami selalu,. agar kami tidak pernah menghianati cinta itu
Kami berjanji pada Mu ya Allah.. kami akan selalu berpegang teguh pada kekuatan cinta itu dalam mengarungi ganasnya samudra kehidupan ini..

Saudaraku..
Percayalah bahwa dengan merasakan pahit dan perihnya semua derita yang harus kita jalani, kita dapat merasakan manisnya madu kebahagiaan. percayalah bahwa cinta yang telah dikaruniakan oleh allah kepada kita akan selalu mampu menguatkan hati kita untuk menghadapi segala cobaan yang ada..

Saudaraku..
Cinta yang begitu murni, suci akan selalu mampu memberikan kekuatan batin kepada kita kala kita merasa lelah dan terjatuh. Kekuatan cinta yang begitu lembut namun mampu meneguhkan jiwa kala asa telah terasa tiada. Lalu dimanakah cinta seperti itu akan kita dapati?? ternyata cinta itu dalam hati kita sendiri.. Dengarkanlah hati kecilmu yang suci. Suaranya begitu lembut, hingga terkadang kita tidak mampu mendengarnya ditengah hiruk pikuknya kehidupan. Disitulah kekasih sejatimu akan kau temui. Kekasih yang tak pernah meninggalkanmu  sedetikpun. Tak peduli berapa kalipun engkau telah menghianati cintaNya yang begitu Agung..

Kelembutan dan kesejukan cintaNya terasa begitu perlahan enyusuk kedalam relung sukmamu. Hingga akhirnya engkaupun mampu berdiri kembali dan menapaki jalan yang dulu begitu jauh dan sunyi. Percayalah.. suatu hari nanti, entah bagaimana dan entah kapan, akhirnya engkau akan dapat bersama dengan cinta sejatimu diakhir kehidupanmu nanti. Ketika saat itu tiba, engkaupn merasa semua derita seolah tiada lagi ada artinya, dan engkaupun seoah melihat Allah menyongsongmu dengan dua tangan yang siap memelukmu, wajahNya terlihat begitu lembut dan teduh.. Tersenyum  dan mengatakan kepadamu, " Selamat Datang Di SyurgaKu Wahai KekasihKu.."



*) Untuk saudara-saudariku terkasih yang tengah berjuang mengarungi kehidupan ini.. Janganlah berputus asa mengharap rahmat Allah karena Allah selalu mempunya rencana terindah untuk kita..



=====


Sebuah renungan untukku, untukmu, untuk kita semua.
Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati yang terkunci....
 
Perhiasan Dunia-Akhirat

Barakallahufiikum.semoga bermanfaat
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
--------------------------------

Ayaah.... aq capeek....!!!

 
 
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================
 
 

“Ayah, ayah” kata sang anak…

“Ada apa?” tanya sang ayah…..

“aku capek, sangat capek …

aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek …aku mau menyontek saja!

aku capek. sangat capek …

aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! …

aku capek, sangat capek … aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung …aku ingin jajan terus! …

aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati …

aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku …


aku capek ayah, aku capek menahan diri …aku ingin seperti mereka…

mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! .. ”

sang anak mulai menangis…

Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata

” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu ”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak


kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang …

lalu sang anak pun mulai mengeluh

” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” …

sang ayah hanya diam.


Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang …

“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini !”

sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.

“ Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.

” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah …?”

” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”

” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu ”

” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? alhamdulillah”

” Nah, akhirnya kau mengerti”

” Mengerti apa? aku tidak mengerti”

” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”

” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”

” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi … ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri … maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri … seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya … maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang … maka kau tau akhirnya kan?”

” Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti … terima kasih ayah, aku akan tegar saat yang lain terlempar ”


Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya. 




=====


Sebuah renungan untukku, untukmu, untuk kita semua.
Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati yang terkunci....
 
Pahitnya PROSES Manisnya HASIL

Barakallahufiikum.semoga bermanfaat
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
--------------------------------
 
 

Sabtu, 20 November 2010

' I K H T I L A T H '



Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================






Seorang penyair berkata:   " Setiap kejadian berawal dari pandangan dan api yang besar itu berasal dari  percikan bunga api yang dianggap kecil.  Berapa banyak pandangan mata itu mencapai kehati pemiliknya seperti busur dan tali busurnya Selama seseorang hamba membolak-balikkan pandangannya menatap manusia, dia berdiri di atas bahaya pandangan adalah kesenangan yang membinasakan, hunjaman yang memudharatkan.” (Ad-Da’u wad Dawa’, hal. 234).


Setiap manusia, ikhwan akhwat ataupun manusia biasa, pasti akan mengalami tiga jenis ujian dalam hidupnya. Meski kadarnya berbeda – beda bagi setiap orang. Lawan jenis, harta dunia dan status sosial. Ketiga jenis ujian inilah yang akan menjadi siklus tetap ujian bagi manusia. Sampai kapan ia akan terlepas dari ujian ini,..??? jawabnya adalah tatkala manusia itu telah menghembusan nafas terakhirnya.

Saat syetan sudah mulai putus asa, untuk menggoda para ikhwan atau akhwat bermaksiat secara terang – terangan. Nampaknya ujian jenis pertama inilah yang menjadi “momok” tersendiri bagi para aktivis dakwah yang masih berstatus mahasiswa. Bagaimana tidak ,..??? interaksi yang begitu intens, pertemuan yang begitu sering, meski berlabel agenda dakwah tertentu, terkadang menjadi celah tersendiri bagi syetan untuk menggodanya dengan cara yang lain.

Belum lagi dengan kegiatan – kegiatan yang melibatkan interaksi dengan lawan jenis diluar kegatan – kegiatan berlabel dakwah. Rapat himpunan, rapat BEM, sampai pada mengerjakan tugas kelompok yang menjadi makanan sehari – hari bagi sebagaian mahasiswa pada prodi tertentu. Tentu berkikhtilat, bercampur baur, dengan lawan jenis adalah sesuatu yang tidak mungkin untuk dihindari. Meskipun untuk hal yang terakhir, pendidikan, sebagaian ulama memafhumkan hal tersebut.

Fenomena – fenomena semacam inilah yang kemudian mengharuskan ana, antum, dan semua yang mengaku sebagai pengemban risalah Allah yang teguh memegang prinsip agama untuk memahami suatu ilmu tentang fiqh ikhtilat. Pengetahuan yang mendalam tentang hukum – hokum berinteraksi dengan lawan jenis sesuai dengan ajaran dien ini. Hal ini penting untuk difahami, agar kita tidak menjadi ragu – ragu dalam berinteraksi atau bahkan salah dalam menempatkan diri dalam sebuah keadaan.

Demikian juga dengan ikhtilat, seiring perkembangan zaman, ikhtilat maupun khalwat tak lagi mengharuskan dua fisik bertemu dalam satu lokasi. Cukuplah kiranya sms – sms kita kepada lawan jenis bukan mahram yang bisa membuat hati gelisah itu termasuk dalam kategori ikhtilat. Atau telfon – telfon berlebihan, chat – chat yang tiada guna dan tujuan, pun bisa dikategorikan dalam ikhtilat gaya baru.

Kebanyakan, hasil – hasil dari ikhtilat adalah timbulnya perasaan “deg – deg ser” kepada lawan jenis tersebut. Dalam bahasa lain dapat diterjemahkan menjadi, cinta, tresno atau apalah lain sejenisnya. Bagi kalangan aktivis perasaan cinta sebelum nikah banyak disebut dengan Virus Merah Jambu. Padahal warna merah jambu adalah warna yang indah dan cerah. Menurut ana kurang tepat jika virus yang bisa merusak ini disebut dengan Virus Merah Jambu. Ana menyebutnya sebagai Virus Panah Iblis karena virus ini lebih sering muncul karena pandangan yang tidak terjaga. Dalam sebuah hadits qudsi: "Pandangan mata adalah panah beracun dari antara panah-panah Iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada-Ku maka Aku ganti dengan keimanan yang dirasakan manis dalam hatinya." (HR. Al Hakim). Berikut ini adalah pelanggaran-pelanggaran yang masih sering terjadi:  


1. Pulang Berdua

Usai rapat acara rohis, karena pulang ke arah yang sama maka akhwat pulang bersama di mobil ikhwan. Berdua saja. Dan musik yang diputar masih lagu dari Peterpan pula ataupun lagu-lagu cinta lainnya.


2. Rapat Berhadap-Hadapan

Rapat dengan posisi berhadap-hadapan seperti ini sangatlah ‘cair’ dan rentan akan timbulnya ikhtilath. Alangkah baiknya – bila belum mampu menggunakan hijab – dibuat jarak yang cukup antara ikhwan dan akhwat.


3. Tidak Menundukkan Pandangan (Gadhul Bashar)

Bukankah ada pepatah yang mengatakan, “Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati”. Maka jangan kita ikuti seruan yang mengatakan, “Ah, tidak perlu gadhul bashar, yang penting kan jaga hati!” Namun, tentu aplikasinya tidak harus dengan cara selalu menunduk ke tanah sampai-sampai menabrak dinding. Mungkin dapat disiasati dengan melihat ujung-ujung jilbab atau mata semu/samping.


4. Duduk/ Jalan Berduaan

Duduk berdua di taman kampus untuk berdiskusi Islam (mungkin). Namun apapun alasannya, bukankah masyarakat kampus tidak ambil pusing dengan apa yang sedang didiskusikan karena yang terlihat di mata mereka adalah aktivis berduaan, titik. Maka menutup pintu fitnah ini adalah langkah terbaik kita. 


5. “Men-tek” Untuk Menikah 

  “Bagaimana, ukh? Tapi nikahnya tiga tahun lagi. Habis, ana takut antum diambil orang.” Sang ikhwan belum lulus kuliah sehingga ‘men-tek’ seorang akhwat untuk menikah karena takut kehilangan, padahal tak jelas juga kapan akan menikahnya. Hal ini sangatlah riskan.


6. Telpon Tidak Urgen

Menelfon dan mengobrol tak tentu arah, yang tak ada nilai urgensinya.


7. SMS Tidak Urgen

Saling berdialog via SMS mengenai hal-hal yang tak ada kaitannya dengan da’wah, sampai-sampai pulsa habis sebelum waktunya.


8. Berbicara Mendayu-Dayu

“Deuu si akhiii, antum bisa aja deh?..” ucap sang akhwat kepada seorang ikhwan sambil tertawa kecil dan terdengar sedikit manja.


9. Bahasa Yang Akrab  

Via SMS, via kertas, via fax, via email ataupun via YM. Message yang disampaikan begitu akrabnya, “Oke deh Pak fulan, nyang penting rapatnya lancar khaaan. Kalau begitchu.., ngga usah ditunda lagi yah, otre deh Senyum manis.” Meskipun sudah sering beraktivitas bersama, namun ikhwan-akhwat tetaplah bukan sepasang suami isteri yang bisa mengakrabkan diri dengan bebasnya. Walau ini hanya bahasa tulisan, namun dapat membekas di hati si penerima ataupun si pengirim sendiri.


10. Curhat

“Duh, bagaimana ya?., ane bingung nih, banyak masalah begini ? dan begitu, akh?.” Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati, kemudian dapat menimbulkan permainan hati yang bisa menganggu tribulasi da’wah. Apatah lagi bila yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan da’wah.


11. Yahoo Messenger/Chatting Yang Tidak Urgen

YM termasuk fasilitas. Tidaklah berdosa bila ingin menyampaikan hal-hal penting di sini. Namun menjadi bermasalah bila topik pembicaraan melebar kemana-mana dan tidak fokus pada da’wah karena khalwat virtual bisa saja terjadi.


12. Bercanda ikhwan-akhwat
 
“Biasa aza lagi, ukhtiii? hehehehe,” ujar seorang ikhwan sambil tertawa. Bahkan mungkin karena terlalu banyak syetan di sekeliling, sang akhwat hampir saja mencubit lengan sang ikhwan.


Pelanggaran di atas dapat dikategorikan kepada hal-hal yang mendekati zina karena jika dibiarkan, bukan tidak mungkin akan mengarah pada zina yang sesungguhnya, na’udzubillah. Maka, bersama-sama kita saling menjaga pergaulan ikhwan-akhwat. Wahai akhwat?., jagalah para ikhwan. Dan wahai ikhwan?., jagalah para akhwat. Jagalah agar tidak terjerumus ke dalam kategori mendekati zina.

Lalu bagaimana jika ikhtilat tidak bisa dihindari lagi,..??? Cara yang paling umum adalah beramal dengan ikhlas, gadhul bashar, puasa, hijab fisik dan jaga hati. Namun, jika itu semua belum juga bisa menundukan pandangan dan membuat hati tenang, maka solusi ini mungkin perlu dicoba, Nikah. Nikah akan mengalihkan pikiran dari pengharapan-pengharapan yang tidak perlu. Pengharapan yang selama ini menghantui telah berwujud menjadi bidadari yang setia menanti di rumah sendiri. Kalaupun ada godaan syetan di tengah jalan, ya, tinggal pulang saja. Di rumah ada yang halal kok.

Seperti yang ana ungkapkan di awal bahwa cinta sejati yang hakiki hanya akan terwujud jika telah melewati gerbang pernikahan ini. Jika belum melewatinya, ana masih menganggapnya syubhat. Sementara syubhat dan snafsu hanya bisa dihalalkan lewat jalur pernikahan.

“Ya Rabbi..., istiqomahkanlah kami di jalan-Mu. Jangan sampai kami tergelincir ataupun terkena debu-debu yang dapat mengotori perjuangan kami di jalan-Mu, yang jika saja Engkau tak tampakkan kesalahan-kesalahan itu pada kami sekarang, niscaya kami tak menyadari kesalahan itu selamanya.

Ampunilah kami ya Allah…. Tolonglah kami membersihkannya hingga dapat bercahaya kembali cermin hati kami. Kabulkanlah ya Allah…. “ Amin....



=====


Sebuah renungan untukku, untukmu, untuk kita semua.
Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati yang terkunci....
 
Perhiasan Dunia-Akhirat

Barakallahufiikum.semoga bermanfaat
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
--------------------------------

Jumaat, 19 November 2010

' Suara WANITA '



Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================


" Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan yang baik. " (QS. Al- Ahzab : 32)


=====

  • Pertanyaan:
Ada yang mengatakan bahwa suara wanita itu aurat. Apakah ini benar?

Jawaban:
Wanita adalah tempat memenuhi kebutuhan laki-laki, mereka cenderung kepada wanita karena dorongan syahwat, jika wanita melagukan perkataannya maka akan bertambah fitnah. Karena itu Allah memerintahkan kepada kaum mukmin, apabila mereka hendak meminta sesuatu kepada wanita hendaknya dari balik tabir, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.”  (QS. AL-Ahzab : 53)

Allah juga melarang kaum wanita berlemah lembut dalam berbicara dengan kaum laki-laki agar tidak timbul keinginan orang yang di dalam hatinya ada penyakit, sebagaimana disebutkan Allah dalam firmanNya,

“ Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. ” (QS. Al-Ahzab: 32).

Begitulah yang diperintahkan walaupun saat itu kaum mukmin sangat kuat keimanannya, maka lebih-lebih lagi di zaman sekarang, di mana keimanan telah melemah dan sedikit orang yang berpegang teguh dengan agama. Maka hendaknya anda tidak sering-sering berbaur dengan kaum laki-laki yang bukan mahram, sedikit bicara dengan mereka kecuali karena keperluan mendesak dengan tidak lemah lembut dalam berbicara.

Dengan begitu anda tahu bahwa suara wanita yang tidak disertai dengan lemah lembut bukanlah aurat, karena kaum wanita pada masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbicara dengan beliau, mena-nyakan berbagai perkara agama mereka, demikian juga mereka berbicara dengan para sahabat Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai hal-hal yang mereka butuhkan, namun hal itu tidak diingkari. Hanya Allah-lah yang kuasa memberi petunjuk.

Rujukan:
Fatawa Al-Mar’ah, Lajnah Da’imah, hal. 209. Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, penerbit Darul Haq.

 
  • Pertanyaan:
Apa hukumnya laki-laki mendengarkan suara wanita yang bukan mahramnya di televisi atau sarana komunikasi lainnya?

Jawaban:
Suara wanita adalah aurat bagi laki-laki yang bukan mah-ramnya, demikian pendapat yang benar. Karena itu, wanita tidak boleh bertasbih (mengucapkan “Subhanallah“) seperti laki-laki ketika mendapati imamnya keliru dalam shalatnya, tapi cukup dengan menepukkan tangan. Wanita juga tidak boleh mengumandangkan adzan yang umum yang biasanya diserukan dengan suara keras. Ia juga tidak boleh mengeraskan suaranya saat membaca talbiyah dalam pelaksanaan ihram kecuali sebatas yang terdengar oleh rekan-rekannya sesama wanita.

Namun sebagian ulama membolehkan berbicara dengan laki-laki sebatas keperluan, seperti menjawab pertanyaan, tapi dengan syarat terjauhkan dari hal yang mencurigakan dan aman dari kemungkinan menimbulkan syahwat, hal ini berdasarkan firman Allah,

“ ...Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. ” (QS. Al-Ahzab: 32).

Karena penyakit syahwat zina kadang bercokol di dalam hati ketika mendengar kelembutan perkataan wanita atau ketundukannya, sebagaimana yang biasa timbul antara suami isteri dan sebagainya. Karena itu, wanita boleh menjawab telepon sebatas keper-luan, baik wanita itu yang memulai menghubungi atau menjawab penelepon, karena yang seperti ini termasuk kategori terpaksa.

Rujukan:
Fatawa Al-Mar’ah, Syaikh Ibnu Jibrin, hal. 211. Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, penerbit Darul Haq.
 

=====

Wanita Itu Aurat

Al-Imam At-Tirmidzi rahimahullahu dalam Sunan-nya (no. 1173) berkata, “ Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Ashim, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hammam, dari Qatadah, dari Muwarriq, dari Abul Ahwash, dari Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:


الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ، فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ

“ Wanita itu aurat, maka bila ia keluar rumah, setan terus memandanginya (untuk menghias-hiasinya dalam pandangan lelaki sehingga terjadilah fitnah). ” (Dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih At-Tirmidzi, Al-Misykat no. 3109, dan Al-Irwa’ no. 273. Dishahihkan pula oleh Al-Imam Muqbil ibnu Hadi Al-Wadi'i rahimahullahu dalam Ash-Shahihul Musnad, 2/36)

Yang namanya aurat berarti membuat malu bila terlihat orang lain hingga perlu ditutupi dan dijaga dengan baik. Karena wanita itu aurat, berarti mengundang malu bila sampai terlihat lelaki yang bukan mahramnya. (Tuhfatul Ahwadzi, Kitab Ar-Radha’, bab ke-18)

Sehingga tetap tinggal di dalam rumah itu lebih baik bagi si wanita, lebih menutupi dirinya dan lebih jauh dari fitnah (godaan/gangguan). Bila ia keluar rumah, setan berambisi untuk menyesatkannya dan menyesatkan orang-orang dengan sebab dirinya. Tidak ada yang selamat dari fitnah ini kecuali orang-orang yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang disyariatkan bagi wanita muslimah yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir adalah tinggal di dalam rumahnya tanpa keluar kecuali bila ada kebutuhan, dengan mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya dan tidak memakai perhiasan berikut wangi-wangian, dalam rangka mengamalkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:


وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

“ Dan tetaplah kalian tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah bertabarruj sebagaimana tabarrujnya orang-orang jahiliah yang awal. ” (QS. Al-Ahzab: 33)


وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ

“ Apabila kalian meminta sesuatu keperluan kepada mereka maka mintalah dari balik hijab/ tabir, yang demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. ” (QS. Al-Ahzab: 53)

Bila wanita tidak mengamalkan tuntunan syariat yang suci ini, ia akan jatuh dalam jeratan dan perangkap para lelaki yang fasik dan pendosa. Terlebih lagi bila keluarnya itu menuju ke pasar, mal, tempat rekreasi, dan tempat-tempat keramaian yang di situ terjadi ikhtilath (campur baur lelaki dan wanita). Alangkah banyaknya wanita seperti itu di zaman ini. Demikian keterangan dari Al-Lajnah Ad-Da’imah lil Buhuts Al-’Ilmiyyah wAl-Ifta’, fatwa no. 19930, yang ketika itu masih diketuai oleh Samahatusy Syaikh Ibnu Baz rahimahullahu.
Banyak orang tidak mengetahui hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Kalaupun ada yang mengetahuinya, mereka berusaha menolaknya karena tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka dengan mengatakan haditsnya lemah, tidak terpakai, merendahkan kaum wanita, tidak sesuai dengan perkembangan zaman, dan ucapan semisalnya.

Demikianlah. Karena jauhnya zaman ini dengan masa kenabian, ditambah lagi kebodohan yang tersebar luas di kalangan kaum muslimin dan hawa nafsu yang mendominasi, banyak ajaran dan aturan agama Islam yang dianggap aneh, asing, dan tidak lumrah. Termasuk keberadaan wanita sebagai aurat, sehingga harus ditutupi dari pandangan lelaki ajnabi (non-mahram), sulit diterima oleh kebanyakan orang bahkan oleh kaum wanita sendiri. Yang dianggap biasa justru keberadaan wanita yang berkeliaran di luar rumah, hilir mudik tanpa malu di depan lelaki ajnabi, tanpa mengenakan busana yang syar'i, malah memamerkan kemolekan wajahnya dan keindahan anggota tubuhnya, kebagusan dandanannya, serta semerbak aroma tubuhnya. Wallahul musta'an (Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala sajalah tempat meminta pertolongan).

Ketahuilah, hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas telah pasti keshahihannya. Bila suatu hadits dikatakan shahih dari ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti benar-benar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengucapkannya. Beliau berucap tidaklah dari hawa nafsu, tapi dari wahyu yang beliau terima sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:


وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى. إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

“ Dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. ” (QS. An-Najm: 3-4)

Al-Hafizh Ibnu Katsir, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati beliau, menerangkan tafsir ayat di atas, “ Maksudnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah mengucapkan satu ucapan/ perkataan karena dorongan hawa nafsu dan karena satu tujuan tertentu. Beliau hanyalah mengucapkan apa yang diperintahkan kepada beliau untuk disampaikan kepada manusia secara sempurna, utuh, tanpa ada tambahan dan pengurangan. ” (Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, 7/340)

Sahabat yang mulia, putra dari sahabat yang mulia, Abdullah ibnu ‘Amr ibnul ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma memberitakan, “Aku biasa menulis segala sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena aku ingin menghafalnya. Maka orang-orang Quraisy melarangku dengan mengatakan, ‘Jangan engkau tulis segala sesuatu yang engkau dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena Rasulullah itu manusia biasa, bisa berucap dalam keadaan marah maupun senang.’
Aku pun berhenti menulis apa yang kudengar dari beliau, lalu kuceritakan hal itu kepada beliau. Beliau memberi isyarat dengan jari beliau ke mulut beliau seraya bersabda:


اكْتُبْ، فَوَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ مَا يَخْرُجُ مِنْهُ إِلاَّ حَقٌّ

“ Tulislah, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak ada yang keluar dari lisan ini kecuali al-haq/ kebenaran. ” (HR. Abu Dawud no. 3646, dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahihul Jami' no. 1196 dan Ash-Shahihah no. 1532)

Karena kepastian berita dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa wanita itu aurat, maka hendaklah wali para wanita, baik dari kalangan ayah, paman, kakek, saudara laki-laki ataupun suami, memerhatikan keberadaan wanita mereka serta memiliki kecemburuan terhadap wanita mereka. Jangan biarkan mereka (para wanita) keluar rumah tanpa ada kebutuhan, atau keluar rumah tanpa mengenakan pakaian yang syar'i, yang menutup tubuh mereka sebagai aurat mereka.
Bagi para wanita sendiri, hendaklah mereka bersegera berpegang dengan tuntunan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena di dalamnya pasti ada kebaikan bagi mereka.
 


  • Apakah Suara Wanita Aurat?
Terkait dengan keberadaan wanita sebagai aurat, mungkin tersisa pertanyaan di benak. Bagaimana dengan suara wanita, apakah termasuk aurat? Lalu bagaimana dengan keberadaan sahabiyah dahulu yang berbicara dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau dengan para sahabat? Bagaimana pula keberadaan Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha atau wanita-wanita selainnya, yang mengajarkan ilmu dan menyampaikan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabat dan orang-orang yang datang setelah generasi sahabat? Bukankah ini menunjukkan wanita boleh berbicara dan memperdengarkan suaranya kepada lelaki ajnabi?

Al-Lajnah Ad-Da'imah dalam fatwa (no. 8567) pernah memberikan jawaban tentang hal ini. Disebutkan bahwa suara wanita bukanlah aurat, tidak haram bagi lelaki ajnabi untuk mendengarkannya terkecuali bila suara itu diucapkan dengan mendayu-dayu, mendesah dan dilembut-lembutkan karena yang seperti ini haram dilakukan si wanita di hadapan selain suaminya dan haram bagi lelaki ajnabi mendengarkannya, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:


يَانِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا

“ Wahai istri-istri nabi, kalian tidak sama dengan wanita-wanita yang lain, jika kalian bertakwa maka janganlah kalian melembutkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik. ” (QS. Al-Ahzab: 32)

Dalam fatwa no. 5167, Al-Lajnah menyatakan wanita merupakan tempat penunaian syahwat lelaki, maka kaum lelaki memiliki kecondongan kepada wanita agar tertunai nafsu syahwatnya. Bila si wanita mendayu-dayu dalam berbicara, tentunya fitnah akan semakin bertambah. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kaum mukminin, para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bila mereka meminta kebutuhan atau suatu barang kepada wanita yang bukan mahramnya, hendaknya meminta dari balik hijab. Tidak langsung bertemu wajah dengan si wanita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ

“ Apabila kalian meminta sesuatu keperluan kepada mereka maka mintalah dari balik hijab/tabir, yang demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. ” (QS. Al-Ahzab: 53)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga melarang para wanita melembutkan suara mereka ketika berbicara dengan lelaki ajnabi agar jangan sampai lelaki yang punya penyakit di hatinya berkeinginan jelek terhadap si wanita.
Bila perintah ini dititahkan di zaman Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam keadaan kaum mukminin kuat imannya dan mulia jiwanya, lalu bagaimana dengan zaman ini, di mana iman semakin melemah dan sedikit orang yang berpegang dengan agama? Karenanya, wajib bagimu wahai wanita untuk tidak bercampur baur dengan lelaki ajnabi dan tidak berbicara dengan mereka kecuali bila ada kebutuhan yang sifatnya darurat dengan tidak mendayu-dayukan dan melembutkan suara, berdasarkan dalil ayat yang telah disebutkan.

Dengan penjelasan ini tahulah engkau, wahai wanita, bahwa semata-mata suara yang tidak disertai dengan kelembutan dalam berbicara bukanlah aurat, karena dulunya para wanita/sahabiyah berbicara dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya kepada beliau tentang perkara agama mereka. Demikian pula mereka mengajak bicara para sahabat sehubungan dengan kebutuhan mereka dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengingkari perbuatan mereka tersebut. (dari kitab Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah lil Buhuts Al-’Ilmiyyah wal Ifta’, 17/202-204)

Sehubungan dengan suara wanita ini, sangatlah disayangkan adanya sebagian orang yang bermudah-mudahan dengan berdalih suara wanita bukan aurat. Sampai-sampai ada guru lelaki yang mengajarkan Al-Qur’an kepada para wanita dengan men-tasmi', yaitu mendengarkan bacaan Al-Qur’an para wanita yang diajarinya, guna membetulkannya bila ada kesalahan. Sementara kita semua maklum bagaimana suara wanita yang membaca Al-Qur’an. Siapa yang bisa menjamin wanita tersebut tidak melagukan suaranya saat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an? Bila kondisinya seperti ini, bagaimana dengan sang guru, apakah ia bisa menjamin hatinya akan selamat dari fitnah?

Ada pula guru lelaki yang berani mengajarkan percakapan bahasa Arab (muhadatsah) kepada para wanita. Sementara, sebagai satu metode pengajaran muhadatsah, sang guru mengajak bicara satu atau lebih murid wanitanya untuk bercakap-cakap dalam bahasa Arab. Mungkin sang guru mengatakan, “Kaifa haluk?”
Muridnya menjawab, “Alhamdulillah ana bi khair, wa anta...?” Dan seterusnya.
Kita bisa membayangkan bagaimana nada suara murid wanita itu dalam percakapan tersebut! Wallahul musta’an.

Contoh di atas kita bawakan tidak lain sebagai nasihat dan peringatan bagi diri pribadi dan saudara-saudara sekalian, agar kita semua tidak menggampangkan permasalahan ini. Juga agar kita menjaga diri dari fitnah dan memerhatikan keselamatan hati-hati kita. Karena, sebagaimana perkataan hikmah dari ulama kita: Selamatnya hati tak dapat ditandingi/dibandingkan dengan sesuatu pun.

 Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, penerbit Darul Haq.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.


=====


Sebuah renungan untukku, untukmu, untuk kita semua.
Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati yang terkunci....
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi taufik kita kepada apa yang diridhai dan dicintai-Nya. Amin.

Barakallahufiikum.semoga bermanfaat
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
--------------------------------